Bisnis.com, JAKARTA -- Restrukturisasi kredit perbankan dinilai memberikan napas kepada sektor manufaktur yang masih memerlukan waktu untuk pulih pascapandemi Covid-19.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira, beberapa industri di sektor tersebut, seperti tekstil dan garmen masih menghadapi tekanan dari sejumlah hal.
Antara lain, kenaikan impor bahan baku, kapasitas produksi yang belum kembali ke kondisi prapandemi Covid-19, serta kekhawatiran permintaan ekspor yang terganggu sinyal resesi.
"Setidaknya, restrukturisasi yang diperpanjang akan memberikan napas kepada sektor manufaktur yang masih butuh waktu untuk recover," kata Bhima kepada Bisnis, Kamis (23/6/2022).
Pengusaha, sambungnya, bisa menggunakan fasilitas restrukturisasi tersebut untuk menata kembali arus kas dan melakukan berbagai penyesuaian keuangan yang diperlukan.
Kendati demikian, meskipun restrukturisasi kredit perbankan penting, dia menilai langkah tersebut bukan satu-satunya kebijakan untuk mendorong pemulihan sektor manufaktur.
Perluasan pasar ekspor alternatif, mempertahankan tarif listrik golongan industri, dan meningkatkan efektivitas stimulus perpajakan menjadi kebijakan paralel yang harus dilakukan.
"Manufaktur bisa gunakan dana untuk membayar bunga dan cicilan pokok ke rekrutmen karyawan baru, reparasi atau pembelian mesin, hingga memberikan potongan harga kepada konsumen dengan menurunkan marjin keuntungan," ujarnya.