Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan potensi sumber daya minyak dan gas (Migas) dalam negeri relatif rendah jika dibandingkan dengan estimasi yang ada di sejumlah negara lain.
Konsekuensinya, kondisi investasi dan eksplorasi blok baru migas di Indonesia cenderung kalah kompetitif dibandingkan dengan negara kompetitor seperti Qatar, Mozambik dan beberapa negara Amerika Latin.
Kendati demikian, Arifin menuturkan, sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar belakangan masih menunjukkan minatnya untuk melakukan investasi dan eksplorasi ke arah timur dan laut lepas di dalam negeri.
Misalkan, British Petroleum (BP) dan Petronas yang belakangan meneken tiga kontrak kerja bagi hasil untuk tiga wilayah kerja (WK) hasil penawaran tahap II 2021 bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Migas hari ini, Senin (20/6/2022).
“Banyak sumber-sumber baru Migas yang memang sangat besar contohnya Qatar 600 trillion cubic feet (TCF) sebagai perbandingan di Indonesia hanya punya 43 TCF yang belum diapa-apakan lalu ada di Mozambik punya potensi 130 TFC dan juga Guyana sumber minyaknya besar di negara-negara Amerika Latin,” kata Arifin saat Penandatanganan Kontrak Kerja Sama Lelang Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (20/6/2022).
Konsekuensinya, kata Arifin, sejumlah negara kompetitor memiliki daya tawar investasi dan eksplorasi yang lebih baik ketimbang Indonesia. Artinya, sejumlah negara itu relatif dapat menghasilkan Migas dalam kurun waktu yang lebih cepat dengan skala besar. Di sisi lain, dia menggarisbawahi, terdapat 70 cekungan Migas dalam negeri yang belum dieksplorasi optimal hingga saat ini.
Baca Juga
“Tentu saja mereka menawarkan kondisi yang lebih kompetitif untuk bisa mempercepat eksplorasi-eksplorasinya sehingga bisa mendapatkan hasil produksi yang lebih cepat, pertanyaannya bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi sumber daya kita untuk kemanfaatan masyarakat,” tuturnya.
Dia berharap penandatanganan kontrak kerja bagi hasil atau production sharing contract (PSC) bersama dengan BP dan Petronas pertengahan tahun ini dapat menggairahkan kembali investasi KKKS pada sektor hulu Migas dalam negeri yang sudah bergeser ke arah laut lepas dan wilayah timur Indonesia.
“Semoga dapat mendorong iklim investasi pengelolaan minyak dan gas bumi di Indonesia,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Perusahaan minyak dan gas (Migas) Inggris, British Petroleum (BP) resmi meneken dua PSC untuk dua wilayah kerja (WK) hasil penawaran tahap II 2021 bersama dengan SKK Migas, Senin (20/6/2022). Kedua WK Migas yang bakal digarap BP di antaranya Blok Agung I dan Blok Agung II.
Adapun Blok Migas Agung I itu bakal dikelola BP Agung I Limited dengan nilai tandatangan bonus atau signature bonus sebesar US$100.000. Sementara komitmen pasti 3 tahun dipatok sekitar US$2.500.000 dengan rencana kerja G&G dan seismik 2D 2.000 kilometer untuk mengelola blok sepanjang 6.656,73 kilometer persegi tersebut.
Di sisi lain, Blok Migas Agung II bakal dikelola BP Agung II Limited dengan nilai tanda tangan bonus mencapai US$100.000 dan komitmen pasti mencapai US$1.500.000 dalam kurun tiga tahun kerja.
Sementara, anak perusahaan Petronas PC North Ketapang SDN.BHD juga ikut menggarap blok Migas di daratan dan lepas pantai Jawa Timur dengan perkiraan sumber daya di antaranya minyak bumi sekitar 270 juta barel minyak (MMBO) dan gas bumi sekitar 1,5 TCF.
Petronas memberikan signature bonus mencapai US$500.000 dengan nilai komitmen pasti 3 tahun sebesar US$8.140.000. Rencanannya, Petronas bakal mengerjakan G&G study, multiclient uplift fee -seismik 3D sebesar 262 kilometer persegi dan seismik 3D sebesar 300 kilometer persegi.
Kementerian ESDM melaporkan total investasi komitmen pasti dari penandatanganan ini senilai US$12.140.000 dengan bonus tandatangan sebesar US$700.000.