Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Suku Bunga The Fed Ikut Tekan Pendanaan Operasi Hulu Migas Indonesia

Kenaikan suku bunga The Fed akan mengerek biaya pinjaman modal untuk kegiatan operasi hulu Migas.
Pekerja melakukan pengawasan di proyek Grati Pressure Lowering yang dilakukan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd., Jawa Timur. Istimewa - Dok. SKK Migas
Pekerja melakukan pengawasan di proyek Grati Pressure Lowering yang dilakukan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd., Jawa Timur. Istimewa - Dok. SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Manuver Bank Sentral Amerika Serikat The Fed untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 0,75 persen diperkirakan ikut menekan investasi atau capital expenditure (Capex) untuk pendanaan kegiatan pengeboran dan penjajakan blok minyak dan gas (Migas) baru di dalam negeri.

Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan tekanan itu berasal dari biaya pinjaman modal untuk kegiatan operasi hulu Migas bakal ikut naik tajam seiring dengan suku bunga yang dipatok tinggi pada pertengahan tahun ini.

“Kebijakan The Fed untuk menekan permintaan barang dan komoditas itu ikut berdampak pada investasi. Biaya pinjam uang akan naik yang jelas itu dampaknya akan menambah ketidakpastian yang sekarang sudah ada di sektor investasi Migas,” kata Moshe melalui sambungan telepon, Kamis (16/6/2022).

Di sisi lain, Moshe menggarisbawahi, sektor Hulu Migas relatif memiliki risiko usaha dan investasi yang lebih tinggi ketimbang industri lain. Konsekuensinya, investor disebutkan sudah mulai mengevaluasi kembali portofolio investasi mereka pada sektor hulu Migas menyusul sentimen suku bunga The Fed.

Malahan, kata dia, kenaikan suku bunga itu belakangan ikut berdampak serius pada sisi produksi Migas domestik. Alasannya, sebagian besar pendanaan dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berasal dari pendanaan global.

“Kita juga melihat bagaimana kebijakan dari Bank Indonesia, apakah akan ikut [menaikkan suku bunga] juga atau bagaimana, itu yang masih kita pantau. Terus terang ini menambah ketidakpastian dan gejolak global dari sisi pendanaan,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, The Fed menyebutkan kenaikan suku bunga acuan belum akan berhenti hingga inflasi terkendali. Setelah pertemuan dua hari, 14-15 Juni 2022, dewan Gubernur The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga tertinggi sejak 1994 yakni 0,75 persen.

Rekor besaran kenaikan suku bunga ini kemungkinan besar kembali terulang dalam pertemuan dewan gubernur The Fed pada Juli mendatang. Gubernur The Fed Jerome Powell menyebutkan setelah mengerek tingkat suku bunga federal menjadi 1,5 persen hingga 1,75 persen pada pertemuan FOMC kali ini, kenaikan dalam jumlah sama atau lebih rendah setengah poin dapat terjadi pada pertemuan berikutnya.

Dengan kata lain, Powell kembali mengisyaratkan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,5 persen hingga 0,75 persen pada Juli 2022 mendatang dan mengerek tingkat bunga federal menjadi 2 persen hingga 2,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper