Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan penyedia alat berat di Tanah Air diperkirakan meningkatkan persediaan tahun ini menyusul terkereknya permintaan seiring dengan sentimen batu bara.
Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Etot Listyono mengatakan peningkatan penyediaan alat berat tahun ini diperkirakan sebanyak 30 persen dari kapasitas semula.
"Seluruh korporasi penyedia alat berat diperkirakan meningkatkan kapasitas peningkatan di atas 30 persen," kata Etot kepada Bisnis, Senin (20/6/2022).
Etot menjelaskan, pengadaan alat berat di seluruh sektor tahun ini sebanyak 9.000 unit, 40 persennya berasal dari keperluan batu bara.
Sementara itu, dari segi market size keperluan alat berat di Indonesia tahun ini diperkirakan 20.000 unit. Sebanyak 40 persen di antaranya, atau kurang lebih 8.000 unit khusus untuk sektor batu bara.
"Pelaku industri alat berat akan terus berusaha memenuhi permintaan tersebut," jelasnya.
Baca Juga
Mengutip pemberitaan Bisnis sebelumnya, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan sejumlah negara sudah mengajukan permintaan batu bara dari RI.
Beberapa di antaranya bahkan sudah memulai transaksi, seperti Jerman, Polandia, Italia, Spanyol, dan Belanda. Jerman menjadi negara yang sudah resmi mengajukan permintaan 150 juta ton.
Terkait dengan kondisi itu, Hendra pun terang-terangan meminta dukungan terkait dengan ketersediaan alat tambang, termasuk alat berat.
Atur Strategi
Pada perkembangan lain, entitas PT Trakindo Utama, PT ABM Investama Tbk. (ABMM) memproyeksikan kenaikan kapasitas penyediaan alat berat perusahaan menyusul peningkatan permintaan akibat sentimen Batu bara.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga memperkirakan pengadaan alat berat perusahaan tahun ini akan meningkat 20 persen dari kapasitas normal tahunan sebanyak 650 unit.
"Pengadaan alat berat meningkat sekitar 20 persen," kata Adrian ketika dihubungi Bisnis, Senin (20/6/2022).
Dengan kata lain, perusahaan menaikkan kapasitas produksinya menjadi 780 unit. Terkait dengan hal itu, sambungnya, ABMM menyiapkan sejumlah opsi sebagai strategi mengamankan ketersediaan alat berat.
Perusahaan, jelas Adrian, mengambil 2 opsi untuk mengantisipasi situasi tersebut, antara lain pembelian dan rental unit.
"Kami membuka semua opsi: beli, rental dan semua opsi yang tersedia untuk memeroleh alat berat. Termasuk, rental dari luar negeri sudah kami coba," kata Adrian.
Dia menuturkan, peningkatan permintaan alat berat akibat lonjakan demand batu bara yang sudah berlangsung sejak kuartal I/2022 membuat upaya operasional dan penyediaan unit menjadi tidak mudah.
Selain itu, sambungnya, perusahaan juga melakukan peningkatan intensitas pelatihan operator untuk mempersiapkan kemampuan tenaga kerja.
"Namun, situasi ini bukan hanya dihadapi Indonesia, tapi seluruh negara eksportir batu bara. Jadi, kebutuhan alat berat di dunia meningkat pesat," jelasnya.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, persediaan bersih alat berat ABMM untuk keperluan batu bara pada 2021 tercatat senilai US$10,66 juta.