Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga gas bumi yang sudah melonjak 136,20 persen dalam setahun terakhir (yoy) menjadi tantangan bagi industri pupuk untuk berkembang. Masikah sektor ini menarik untuk investasi?
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja industri pengolahan RI pada Mei 2022 melambat. Industri pengolahan menjadi kontributor terbesar atas penurunan ekspor sektor nonmigas pada Mei 2022.
Data yang sama menunjukkan ekspor industri pengolahan turun sebesar 25,93 persen secara month-to-month (m-t-m) dengan nilai US$14,14 miliar. Namun, komoditas pupuk mengalami lonjakan impor. Indikasi yang menunjukkan masih terbukanya ruang permintaan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira pun menilai industri pupuk layak menjadi primadona para investor.
"Cukup layak dijadikan primadona para investor. Akan banyak yang tertarik. Beberapa hal seperti potensi ekspor ke sejumlah negara tujuan, salah satunya Vietnam, menjadi faktor utama," kata Bhima kepada Bisnis, Rabu (15/6/2022).
Selain itu, lanjut Bhima, potensi pasar industri pupuk cukup besar karena ditopang sejumlah hal. Pertama, kebutuhan pangan meningkat karena mobilitas masyarakat kembali normal pascapandemi.
Baca Juga
Potensi pasar pupuk di Indonesia sendiri mencapai 27,82 juta ton. Dengan perincian 19,56 juta ton pupuk subsidi dan 8,26 juta ton untuk pupuk nonsubsidi.
Rata-rata laju potensi pasar pupuk subsidi dalam negeri sebesar 1,08 - 3,2 persen per tahun. Sementara itu, rata-rata laju potensi pasar pupuk nonsubsidi sebesar 2,73 - 7,49 persen per tahun.
Secara lebih terperinci, potensi pasar pupuk nonsubsidi terdiri atas pupuk majemuk dengan kebutuhan sebesar 10,58 juta ton per tahun, dan pupuk tunggal sebesar 9,05 juta ton per tahun.
Dalam 5 tahun terakhir, potensi pasar pupuk nonsubsidi di Indonesia tercatat naik sekitar 42 persen dari 16,07 juta ton menjadi 27,82 juta ton.
Kedua, tingginya permintaan pupuk organik dari masyarakat ekonomi menengah di perkotaan.
Namun demikian, kata Bhima, industri pupuk juga tidak terlepas dari tantangan. Salah satu yang terbesar adalah fluktuasi harga gas yang memberikan pengaruh signifikan terhadap produksi.
"Sebab, 70 persen produksi pupuk urea ditentukan oleh gas," ujarnya.