Bisnis.com, JAKARTA - Investor pasar uang di Eropa meragukan langkah pengetatan Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) dapat menjaga imbal hasil obligasi di kawasan tersebut.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (12/6/2022), Italia, negara yang lebih rentan di Eropa mencatatkan penurunan surat utang sejak pandemi setelah Presiden ECB Christine Lagarde menaikkan suku bunga acuan pertama kalinya sejak lebih dari satu dekade lalu.
Surat utang 10 tahun Italia mencatatkan penurunan terbesar dan spread terhadap surat utang Jerman semakin tajam mendekati level pada Maret 2020, saat ECB berupaya menstabilkan euro.
Pasalnya, Investor mulai khawatir terhadap fragmentasi di mana biaya pinjaman melonjak di negara-negara yang rentan di zona euro.
"Ini adalah momen apapun yang terjadi bagi Lagarde," kata kepala pendapatan tetap global Candriam Nicolas Forest seperti dikutip Bloomberg pada Minggu (12/6/2022)
Dia sangat khawatir dengan utang dari Italia dan Spanyol mengingat volatilitas dan potensi kenaikan penerbitan obligasi.
"ECB harus bisa menghindari kebijakan yang salah," imbuhnya.
Seperti diketahui, bank-bank sentral di dunia tengah berupaya keras untuk menyeimbangkan kenaikan harga tanpa mengganggu dunia bisnis.
Namun, situasi di kawasan euro tampaknya agak unik dengan 19 negara dengan perekonomian yang berbeda dan memiliki kebijakan fiskal yang tidak selaras.
Salah satu kekhawatiran investor adalah meluasnya spread surat utang yang dapat mengalihkan ECB untuk mengendalikan inflasi sehingga memaksanya untuk menyetop siklus kenaikan suku bunga.