Bisnis.com, JAKARTA – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang belum ada tanda-tanda mereda dikhawatirkan bakal mengerek naik harga sapi per ekornya menjelang Iduladha tahun ini.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan saat ini harga sudah naik di angka rata-rata Rp72.000 per kilogram.
“Ini jelas ada kenaikan harga dibanding tahun lalu sekitar 10 persen. Gambarannya kalau tahun lalu sekitar Rp62.000 – Rp63.000 per kilogram rata-rata. Sekarang sudah diangkat Rp72.000 per kilonya,” ujar Nanang, Kamis (9/6/2022).
Nanang menyampaikan ukuran sapi yang diminati untuk kurban dengan berat rata-rata 300 kilogram. Bila mengalikan dengan harga per kilogram, setidaknya tahun ini harga sapi kurban tersebut sebesar Rp21,6 juta per ekor. Sementara tahun lalu harga sapi kurban hanya sekitar Rp18,6 juta per ekornya.
Jawa Timur yang menjadi pemasok sapi hidup untuk kurban paling terdampak wabah PMK hingga menyebabkan terganggunya pasokan.
Nanang mengatakan saat ini sapi yang diterima hanya dari daerah bebas PMK, yakni Nusa Tenggara Barat (Bima) dan Bali yang ukurannya terbilang kecil.
“Jawa Timur pemasok sapi terbesar di Indonesia, ketika terjadi wabah, tidak ada pasokan dari Jawa Timur. Sehingga pasokan sangat terbatas, sangat kurang dari semestinya ini yang menyebabkan harganya terpaksa harus naik,” ujar Nanang.
Hingga 6 Juni 2022, Kementan mencatat dari 163 kabupaten/kota yang terpapar PMK, terdapat 81.880 ekor sapi yang positif, 524 ekor mati, 28.538 sapi sembuh, 607 ekor dilakukan pemotongan bersyarat, dan 52.211 ekor yang belum sembuh.
Jawa Timur sendiri tercatat pada periode yang sama sebagai provinsi dengan kasus terbanyak, yaitu 29.590 ekor dengan total kematian 167 ekor.