Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Naik, Maskapai Pede Tiket Pesawat ke Luar Negeri Tetap Laku

Maskapai penerbangan optimistis permintaan terhadap rute internasional bakal tetap tinggi meski ada kenaikan harga tiket pesawat.
Sejumlah calon penumpang antre saat pengecekan tiket di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (21/9/2020). Kementerian Perhubungan akan segera merealisasikan pemberian stimulus bagi industri penerbangan dengan membebaskan biaya layanan penumpang di bandara atau passenger service charge (PSC) guna menyokong keberlangsungan maskapai di masa pandemi COVID-19./ANTARA FOTO-Fauzan
Sejumlah calon penumpang antre saat pengecekan tiket di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (21/9/2020). Kementerian Perhubungan akan segera merealisasikan pemberian stimulus bagi industri penerbangan dengan membebaskan biaya layanan penumpang di bandara atau passenger service charge (PSC) guna menyokong keberlangsungan maskapai di masa pandemi COVID-19./ANTARA FOTO-Fauzan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) optimistis persoalan mahalnya harga tiket pesawat rute internasional tidak akan meredam permintaan masyarakat untuk pelesiran ke negara lain setelah pandemi Covid-19 membaik.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan dalam penetapan tarif rute internasional diserahkan kepada mekanisme pasar yang berlaku. Dengan demikian maskapai penerbangan dapat menyesuaikan tarif sesuai dengan kondisi dan hukum pasar yang ada.

“Untuk kelas bisnis dan internasional itu berlaku hukum supply and demand. Jadi saat ini demand masih tinggi. Meski dengan adanya penyesuaian tarif, nampaknya antusiasme sangat tinggi,” kata Irfan, Kamis (9/6/2022).

Maskapai pelat merah tersebut mengklaim tak pernah menutup penerbangan ke destinasi-destinasi internasional, bahkan selama pandemi Covid-19. Alasannya, karena selama pandemi Covid-19, Garuda tetap harus menjalankan penerbangan repatriasi dan kepentingan mendesak lainnya. Dibandingkan dengan menutup rute, Garuda memilih untuk mengurangi frekuensi penerbangan.

Meski demikian, sejalan dengan upaya restrukturisasi yang tengah ditempuh, perseroan melakukan sejumlah evaluasi terhadap rute-rute internasional yang terus merugi. Pada awal 2020, perusahaan memangkas rute penerbangan ke Amsterdam, London, dan Nagoya. Kemudian pada 2021 silam, emiten berkode saham GIAA tersebut juga sudah menutup rute ke Perth dan Melbourne.

Namun, berdasarkan kondisi kasus Covid-19 yang semakin terkendali, Irfan berharap pemulihan yang lebih cepat di rute internasional segera terjadi dan lebih cepat dibandingkan dengan prediksi para analis.

Tambah Rute Internasional

Di sisi lain, maskapai di bawah Group milik Rusdi Kirana, Batik Air dijadwalkan mulai membuka kembali rute internasional berjadwal dari Bali, Indonesia melalui Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar di Badung (DPS) tujuan Melbourne mulai 17 Juni 2022.

Pembukaan rute tersebut dinilai akan memberikan nilai lebih bagi kedua negara dengan transit di Denpasar. Pasalnya, Bali adalah salah satu tujuan reguler bagi para pelancong dari Melbourne dan Kuala Lumpur.

Layanan baru ke Australia dan Bali diharapkan semakin mendukung upaya berkelanjutan Batik Air dalam menjadikan Bali sebagai pusat transit di Indonesia. Penerbangan ke Melbourne ini diklaim telah menerima tanggapan positif sejak Batik Air mulai meluncurkan penjualan tiket. Selanjutnya, Batik Air akan terus mengeksplorasi dan memperkuat koneksi ke Australia.

Pengoperasian rute ini juga diharapkan mendukung pemulihan perekonomian global untuk kawasan Asia dan Australia yang dijalankan secara bertahap. Rekan maskapai di bawah group yang sama, Lion Air juga berencana membuka kembali rute penerbangan penumpang berjadwal internasional tanpa henti (non-stop) dari destinasi Medan ke Penang. Pada tahap awal, Lion Air menawarkan jadwal terbang 1 kali sehari atau 7 kali dalam sepekan.

Tak mau ketinggalan, setelah vakum lebih dari dua tahun sejak pandemi, mulai 15 Mei lalu AirAsia telah resmi kembali menerbangi rute Bali-Perth. Rute ini dinilai paling populer bagi kalangan turis asal Australia untuk berlibur ke Bali.

Tambah Frekuensi

Direktur Utama AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine mengatakan selama dua tahun terakhir Pandemi merupakan waktu yang tidak mudah untuk dilewati bagi industri aviasi. Tahun ini, sebutnya, keadaan sudah mulai kembali normal.

"Warga Australia, khususnya Australia Barat sangat mencintai Bali dan kami sebagai yang terdepan dalam penerbangan berbiaya hemat akan terus memberikan penawaran bernilai lebih dan promosi terbaik termasuk paket tiket dan hotel," ujarnya.

Dia juga cukup bergembira karena jumlah pemesanan pada rute ini terus menunjukkan tren peningkatan, yang diperkirakan akan terus tumbuh mendekati puncak libur musim dingin Australia dalam beberapa minggu ke depan.

Oleh karena itu, Veranita berharap dapat secara bertahap menambah frekuensi penerbangan di rute ini hingga menjadi frekuensi awal sebelum pandemi dengan harapan agar dapat melayani lebih banyak pelanggan kami di Australia yang sudah tidak sabar berlibur di Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper