Bisnis.com, JAKARTA- Para pengusaha menilai target inflasi pemerintah 4 persen hingga akhir tahun sudah cukup rasional.
Di lain sisi, inflasi hingga akhir tahun ini bisa saja mencapai lebih dari 4 persen mengingat pasar global yang memburuk di tengah konflik Rusia-Ukraina. Kewaspadaan ini disampaikan oleh Bank Indonesia yang memperkirakan inflasi pada tahun ini yang mencapai 4,2 persen akibat kenaikan bahan bakar minyak dan lemahnya daya beli masyarakat.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan para pengusaha juga perlu mempertimbangkan dampak kebijakan pemerintah terhadap komponen biaya usaha (overhead cost) industri.
Hal ini dikarenakan industri tidak diperkenankan mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM) atau listrik bersubsidi kecuali untuk sektor-sektor tertentu yang diatur oleh regulasi. Kendati demikian, Shinta mengapresiasi kebijakan pemerintah terhadap potensi penurunan daya beli masyarakat akibat beberapa kebijkan, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi, pengawasan konsumsi BBM subsidi (pertalite) dan listrik untuk gol pemakaian di atas 3.000 VA.
“Di satu sisi pemerintah bisa menjaga stabilitas daya beli pasar domestik secara umum tanpa meningkatkan beban subsidi. Ini sangat kami apresiasi dan kami rasa cukup prudent selama di lapangan nanti tidak ada kebocoran atau kecurangan implementasi,” kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (2/6/2022).
Senada, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani ,mengatakan agar pemerintah tetap mewaspadai kenaikan inflasi yang tidak terkendali. Oleh karena itu, dia meminta agar pemerintah mulai berupaya mencari sumber-sumber pangan lain yang bisa diproduksi di dalam negeri. Sebab, jika terus mengandalkan impor yang besar dari produk tertentu, ancaman inflasi yang disebabkan dari luar akan terus mengintai.
Baca Juga
“Mau gak mau inflasi karena barang pangan impor ya jadi masalah. Sesuatu hal yang tidak bisa kita hindari. Sebenarnya ada solusinya yaitu bahan baku itu dari lokal. Ini harus dicari substitusinya,” tutur dia, Kamis (2/6/2022).
Diketahui, pada Mei 2022, inflasi tercatat naik 3,5 persen secara tahunan. Hal ini disebabkan inflasi inti Mei yang masih mencatat adanya penurunan jika dibandingkan April 2022.