Bisnis.com, JAKARTA — Kantor Staf Presiden (KSP) menilai bahwa Indonesia menghadapi ancaman stagflasi sebagai dampak dari ketidakpastian ekonomi global. Langkah menjaga daya beli masyarakat penting dalam kondisi saat ini.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono tidak memungkiri bahwa Indonesia mengalami kondisi stagflasi. Namun, dia menilai bahwa risikonya tidak terlalu besar bagi tanah air, seiring fundamental perekonomian yang kuat.
Stagflasi merupakan kondisi di mana laju inflasi meningkat tinggi, sementara pertumbuhan ekonomi tertahan selama periode tertentu. Inflasi di Indonesia terus meningkat hingga pada April 2022 menjadi 3,47 persen (year-on-year/YoY).
"Ancaman stagflasi itu memang ada, tetapi di kita [Indonesia] risikonya tidak akan terlalu besar. Memang ada kenaikan inflasi, tapi sejauh ini masih terkendali. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi, meskipun melambat, tetapi trennya menunjukkan perbaikan yang konsisten," ujar Edy pada Rabu (1/6/2022).
Dia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai 5,01 persen (year-on-year/YoY), bergerak tipis dari posisi kuartal IV/2021 yang tumbuh 5,02 persen (YoY). Menurut Edy, indikator lainnya adalah penciptaan lapangan pekerjaan, yakni menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 6,22 persen pada Februari 2021 menjadi 5,83 persen pada Februari 2022.
“Angka pengangguran memang belum kembali ke posisi sebelum pandemi yakni 5,28 persen. Namun, tahun ini sudah ada penurunan dibandingkan sebelumnya. Ini menunjukkan adanya pemulihan produksi yang konsisten," ujarnya.
Baca Juga
KSP menyatakan bahwa pemerintah tetap mewaspadai dampak ketidakpastian global yang bisa menyebabkan terjadinya stagflasi. Untuk itu, pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan akselerasi dan perluasan vaksinasi, serta pembukaan sektor-sektor potensial.
Edy menilai bahwa pemberian bantuan sosial menjadi salah satu upaya dalam menjaga daya beli masyarakat. Hal tersebut penting untuk mengatasi stagflasi karena tingginya inflasi dapat menekan daya beli masyarakat, sehingga tren pemulihan ekonomi berpotensi terhambat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa stagflasi menjadi ancaman besar bagi semua negara, termasuk Indonesia. Tingginya tingkat inflasi di Amerika Serikat menjadi ancaman pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam, bahkan dunia, karena The Fed akan melakukan percepatan pengetatan moneter.
"Jika tidak terkelola, risiko global ini akan menggiring kepada kondisi stagflasi, yaitu fenomena inflasi tinggi dan terjadinya resesi seperti yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada periode awal 1980-an dan 1990-an," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR, pada Jumat (20/5/2022).