Bisnis.com, YOGYAKARTA - Rencana kenaikan harga rumah subsidi pada tahun ini dipastikan tak berimbas signifikan terhadap penjualan rumah anggota pengembang Real Estate Indonesia (REI) pada akhir tahun ini.
Ketua Umum REI Paulus Totok Lusida menuturkan kenaikan harga rumah subsidi juga akan diimbangi dengan skema pembiayaan yang lebih inovatif.
Saat ini, Totok menyebut pelaku usaha bersama dengan perbankan sudah berdiskusi dengan intensif untuk menyusun pembiayaan yang semakin memudahkan masyarakat. Utamanya untuk kelas pekerja.
"Saya optimistis penaikan harga rumah subsidi nggak berdampak ke penjualan akhir tahun. Karena kita selalu cari terobosan. Sebagai pengusaha. Salah satunya soal beberapa skema perumahan," ujarnya dalam konferensi pers HUT REI ke-50, Jumat (20/5/2022).
Salah satunya, skema pembiayaan rumah Rent to Own Home. Atau skema "sewa beli rumah". Skema ini merupakan jenis perjanjian khusus yang memungkinkan konsumen dapat membeli rumah setelah beberapa tahun menyewanya.
Hingga akhir tahun ini, REI mengharapkan agar tingkat penjualan rumah dari anggotanya bisa tumbuh positif. Pasalnya kondisi pandemi pada akhir tahun ini jauh lebih baik dibandingkan dengan pada tahun lalu. Totok pun meminta agar momentum positif yang dihadapi pelaku saat ini dapat dijaga oleh pemerintah dengan melakukan terobosan dalam proses perizinan yang ada.
Baca Juga
"Kami harapkan memang meningkat sepuluh persen target penjualan tahun ini. Karena pandemi sudah jadi endemi," ujarnya.
Sementara itu, Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer tumbuh meningkat pada kuartal I/2022. Hal ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuartal I-2022 yang tercatat 1,87 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 1,47 persen (yoy).
Harga pasar properti residensial di pasar primer diprakirakan akan tumbuh terbatas pada kuartal II/2022 sebesar 1,16 persen (yoy).
Dari sisi penjualan, hasil survei kuartal I/2022 mengindikasikan adanya perbaikan penjualan properti residensial di pasar primer meskipun masih terkontraksi. Perbaikan tersebut tercermin dari penjualan properti residensial yang terkontraksi sebesar 10,11 persen (yoy) pada kuartal I/2022, lebih baik dari kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 11,60 persen (yoy).
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan non-perbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial.
Pada kuartal I/2022, sebesar 65,50 persen dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.