Bisnis.com, JAKARTA – Sentimen negatif sektor manufaktur Jepang yang dipicu oleh pelemahan yen terhadap dolar serta lockdown di China dinilai tidak serta merta berdampak terhadap Indonesia.
Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan optimistis iklim manufaktur Indonesia yang kondusif mampu menahan perusahaan raksasa asal Jepang untuk tidak angkat kaki.
"Kalau perusahaan besar kemungkinan besar tidak akan pergi dari RI. Sementara ini UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja dan insentif lain di sektor manufaktur membuat iklim di Indonesia masih kondusif," kata Johnny kepada Bisnis, Kamis (19/5/2022).
Selain itu, jelasnya, masih lemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat nilai ekspor produk manufaktur Jepang ke Indonesia kian meningkat. Hal yang sama juga terjadi di sebagian besar kawasan Asia Tenggara.
Sebagai informasi, pelemahan yen sejak awal 2022 yang mencapai 11 persen mengganggu rantai pasok global, kenaikan gaji overseas, hingga tekanan geopolitik. Hal tersebut membuat Jepang memulangkan perusahaan komponen otomotif, elektronik, dan kosmetik.
Seperti diberitakan sebelumnya , Direktur Pelaksana Tokyo Steel Manufacturing Co., Kiyoshi Imamura mengatakan perusahaan Jepang sudah mulai keluar dari China, Asia Tenggara, dan Rusia.
Sejauh ini, sambung Johnny, belum ada isu signifikan yang mendorong investor Jepang untuk hengkang dari Indonesia.
"Selama iklim di Indonesia tetap kompetitif investor Jepang tidak akan kabur. Selain kalau ada regulasi yang tidak cocok," tegasnya.