Bisnis.com, JAKARTA - India mengatakan ketahanan pangan di negaranya tengah berada di bawah ancaman. Guna memastikan ketersediaan pasokan domestik dan mengelola inflasi, India memutuskan untuk melarang ekspor gandum.
Menteri Pangan India Sudhanshu Pandey pada Sabtu lalu menyampaikan, harga gandum di negara tersebut melonjak tinggi, membuat negara tersebut mengambil langkah untuk menghentikan ekspor gandum.
Kendati demikian, ekspor masih diizinkan ke negara-negara yang membutuhkan gandum dan berdasarkan permintaan pemerintahan masing-masing negara.
Informasi tersebut disampaikan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri India dalam pemberitahuan tertanggal 13 Mei 2022.
Mengutip Bloomberg, Rabu (18/5/2022) gelombang panas melanda seluruh Asia Selatan, membuat hasil gandum di wilayah tersebut rusak. Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan pembatasan ekspor.
Di India, ratusan hektar tanaman gandum rusak selama Maret 2022, akibat gelombang panas, menyebabkan hasil panen merosot 50 persen.
Sebagaimana diketahui, India merupakan produsen gandum nomor dua terbesar di dunia setelah China, dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton.
Sementara Indonesia, tiap tahunnya mengimpor gandum sebesar 11,7 ton atau setara US$3,45 miliar.
Menanggapi kebijakan tersebut, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan pihaknya dapat memahami langkah yang diambil oleh pemerintah India. Asal tahu saja, Indonesia membeli 1/3 tepung terigu dari India.
Saat ini, kata Lutfi, semua negara tengah memprioritaskan kebutuhan nasionalnya, sama halnya dengan pelarangan ekspor CPO yang dilakukan Indonesia.
Lutfi juga mengklaim, stok terigu untuk tiga bulan ke depan masih aman. Meskipun masih aman, Lutfi berharap larangan tersebut tak berlangsung lama.
"Mudah-mudahan tidak terlalu lama supaya perdagangan internasional berjalan baik juga. Kita mempunyai stok [terigu] untuk tiga bulan ke depan," kata Lutfi, mengutip Bisnis, Rabu (18/5/2022).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menilai, dampak pelarangan ekspor gandum yang dilakukan India relatif kecil lantaran Indonesia bukan konsumen gandum.
"Hanya berdampak negatif significant pada industri berbahan tepung gandum seperti restoran, pabrik roti, dan lainnya," kata Esther kepada Bisnis, Selasa (17/5/2022).
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menambahkan, industri makanan dan minuman skala kecil harus putar otak agar bisa bertahan di tengah naiknya biaya produksi.
Selain itu, pelarangan ekspor gandum yang tidak diketahui batas waktunya menyebabkan kekurangan pasokan menjadi ancaman.
"Perang Rusia-Ukraina sudah membuat stok gandum turun signifikan. Ditambah kebijakan India, tentu berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang butuh gandum," jelas Bhima.
Kemudian, pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum, dapat menyebabkan harga daging dan telur juga naik ketika harga gandum naik.
Lebih lanjut Bhima mengatakan, pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum. Kendati demikian, momen ini dapat dimanfaatkan untuk menggunakan alternatif bahan baku selain gandum seperti tepung jagung, singkong hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia.
Strategi mitigasi diperlukan
Strategi untuk mitigasi berlanjutnya pelarangan ekspor gandum perlu dipersiapkan oleh pemerintah. Misalnya, dengan mendorong petani untuk menanam gandum di Indonesia agar tak bergantung pada impor gandum.
Selain itu, pengusaha di sektor makanan dan minuman serta pelaku usaha ternak, bersama dengan pemerintah perlu berkoordinasi untuk mencari jalan keluar.
Bhima menyarankan, perlu dilakukan perhitungan yang rinci seperti berapa stok gandum di tanah air dan berapa alternatif negara penghasil gandum yang siap memasok dalam waktu dekat.
“Ada kemungkinan pemerintah Indonesia bersama negara lainnya melakukan gugatan kepada India ke World Trade Organization (WTO) lantaran kebijakan tersebut merugikan konsumen dan industri di Indonesia,” kata Bhima.