Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Revitalisasi Pendidikan Vokasi, Bagaimana Efeknya ke Penyerapan Tenaga Kerja?

Pengamat menyampaikan revitalisasi pendidikan vokasi harus sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Pencari kerja mendaftar di salah satu stan perusahaan pada Job Market Fair 2018 di Klaten, Jawa Tengah./ANTARA-Aloysius Jarot Nugroho
Pencari kerja mendaftar di salah satu stan perusahaan pada Job Market Fair 2018 di Klaten, Jawa Tengah./ANTARA-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji menyenggol rencana revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi untuk turut membahas ketersediaan lapangan pekerjaan.

Sebelumya, Presiden RI Joko Widodo pada 27 April 2022 telah meneken Peraturan Presiden (Perpres) No. 68/2022 tentang Revitalisasi Vokasi dan Pendidikan Vokasi.

Sebagai ketua, Menteri Koordinator Pembangunan Kebudayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy akan memimpin upaya pembenahan Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi secara menyeluruh, berkesinambungan, terintegrasi, dan terkoordinasi.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan akses, mutu, dan relevansi penyelenggaraan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Bila melihat tujuan dari rencana tersebut, fokus terhadap peningkatan sumber daya manusia (SDM). Sementara itu, Indra melihat ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.

“Karena nggak balance, ngomongin revitalisasi vokasi itu nggak bisa cuma bicara supply, yang diarahkan supply-nya, tenaga kerjanya, mau dikasih pelatihan, terus demand-nya gimana?,” tutur Indra, Minggu (15/5/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per Februari 2022 hanya 10,38 persen tamatan SMK yang terserap dari total angkatan kerja sebanyak 144,01 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada Tahun Ajaran 2020/2021 saja jumlah lulusan SMK 2020/2021 sebanyak 1.632.272 orang.

Indra memaparkan bila lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya 1,1 juta orang, ditambah lulusan SMK, angkanya saja sudah mencapai 2,7 juta orang yang membutuhkan lapangan kerja.

“Kalau bicara demand, Indonesia setiap tahunnya baru mampu membuat lapangan kerja itu sekitar 1,8 juta. Mau dilatih sehebat apa pun, akan jadi pengangguran kalau demand-nya nggak ada,” lanjut Indra. 

Melihat dari jumlah lulusan dan serapan tenaga kerja, angka tersebut jelas memberikan kesimpulan bahwa pengangguran akan terus bertambah jika lapangan kerja terbatas atau tidak diperbanyak baik di dalam maupun luar negeri. 

Lebih lanjut, Indra mengatakan tugas penting bagi Tim Revitalisasi bahwa ada perkiraan sebanyak 65 persen anak-anak Indonesia akan melakukan pekerjaan yang bidangnya belum ada saat ini. 

Indra bercerita seperti halnya pada zaman dia sekolah dahulu, tak ada satu pun di sekolahnya yang bercita-cita menjadi seorang youtuber atau pun selebgram.

Hal tersebut patut direncanakan untuk menghindari pengangguran yang lebih banyak di masa mendatang karena sudah tentu akan kalah dengan teknologi. 

“Tim revitalisasi sudah menyiapkan itu belum? Atau mereka hanya melakukan pekerjaan yang ada saat ini? Kalau demikian, dalam waktu dekat mereka jadi pengangguran lagi karena pekerjaannya hilang digantikan teknologi,” jelas Indra. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper