Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Kelas Menengah Atas Terbatas Jadi Penyebab Rendahnya Konsumsi Rumah Tangga

Faktor lainnya adalah dampak pandemi Covid-19 yang masih sangat terasa, dampak lonjakan inflasi, tingginya jumlah pengangguran yang mencapai 8,5 juta, dan upah yang tumbuh lebih rendah dibandingkan inflasi.
Konsumen melihat stok minyak goreng aneka merek tersedia di etalase pasar swalayan Karanganyar pada Kamis (17/3/2022)/ Solopos.com-Indah Septiyaning Wardani.
Konsumen melihat stok minyak goreng aneka merek tersedia di etalase pasar swalayan Karanganyar pada Kamis (17/3/2022)/ Solopos.com-Indah Septiyaning Wardani.

Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Center Macroeconomics and Finance INDEF Abdul Manap Pulungan menyampaikan salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya konsumsi rumah tangga adalah konsumsi kelas menengah atas yang terbatas.

Faktor lainnya, adalah dampak pandemi Covid-19 yang masih sangat terasa, dampak lonjakan inflasi, tingginya jumlah pengangguran yang mencapai 8,5 juta, dan upah yang tumbuh lebih rendah dibandingkan inflasi.

Berdasarkan data Pertumbuhan Simpanan Maret 2022, dibandingkan tahun sebelumnya total pinjaman nasabah tumbuh 9,51 persen. Namun, pertumbuhan untuk nominal Rp5 miliar ke atas tumbuh 13,33 persen lebih tinggi dari nilai lainnya.

"Untuk simpanan dengan nominal di atas Rp100 juta hanya tumbuh 4,79 persen. Artinya, orang kaya belum belanja. Mungkin belanja tapi di luar negeri, tidak di dalam negeri," kata Abdul dalam konferensi pers, Rabu (11/5/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsi rumah tangga di kuartal I/2022 tumbuh 4,34 persen. Abdul menjelaskan, biasanya jika pertumbuhan ekonomi tinggi, maka konsumsinya tumbuh lebih tinggi.

Namun faktanya, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,34 persen sementara produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,01 persen.

Kendati demikian, Abdul mengakui bahwa pondasi pertumbuhan ekonomi saat ini lebih kepada dorongan neraca perdagangan karena melonjaknya harga komoditas.

Agar kelas atas tidak menahan uangnya untuk berbelanja, Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan kuncinya adalah optimisme perekonomian.

"Caranya untuk mereka berbelanja  adalah optimisme perekonomian. Salah satu indikator yang paling dilihat adalah pertumbuhan ekonomi," ungkap Eko.

Lebih lanjut Eko menuturkan, jika pertumbuhan ekonomi kembali rendah, salah satunya akibat daya beli diutak-atik oleh pemerintah, kemungkinan kelas atas akan lebih menahan diri untuk berbelanja.

Meskipun begitu, Eko mengungkapkan tak hanya kelas atas saja yang ingin berbelanja.

"Ada kelas bawah. Caranya kelas bawah berbelanja itu adalah kasih mereka pekerjaan. Karena dari mereka bekerja mereka dapat uang. Dari mendapatkan uang  mereka bisa berbelanja. Artinya tekan pengangguran serendah mungkin," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper