Sepekan terakhir, semua media melaporkan berbagai kesibukan dan kepadatan arus mudik dan arus balik Lebaran. Kondisi ini berbanding terbalik dengan situasi 2 tahun terakhir yang lebih banyak dibanjiri dengan berita situasi mencekam akibat pandemi Covid-19. Kita saat itu kewalahan menghadapi ganasnya virus Corona varian Delta yang banyak merengut korban jiwa.
Fenomena saat ini membawa angin segar untuk kita semua, terutama sektor industri manufaktur, perdagangan ritel, dan bisnis pariwisata yang terkapar tak berdaya selama 2 tahun terakhir. Tetapi, apakah ini berarti kita sudah hidup kembali normal dan perekonomian telah bertumbuh?
Bisa iya, tapi bisa juga tidak. Walau saat ini kondisi perekonomian belum bisa lebih baik daripada sebelum pandemi, tetapi setidaknya ada harapan bahwa ritme kehidupan sedang dalam proses pemulihan.
Idulfitri bukan saja membawa kebahagiaan bagi umat Islam tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia. Ritual mudik Lebaran selalu membawa harapan baru dalam kehidupan, ada semangat kemenangan untuk menghadapi hari esok, ada keharmonisan hubungan sosial saat kita semua saling bermaaf-maafan. Selama ini kita terlalu banyak dijejali dengan berbagai berita hoaks, dininabobokkan oleh kisah sukses para crazy rich, dan sering dibenturkan dengan berbagai kepentingan politik yang bertebaran di media sosial.
Momen Lebaran kali ini terasa sangat istimewa. Wajah-wajah ceria terpancar saat bisa berkumpul kembali dengan keluarga setelah 2 tahun sulit untuk bersilahturahmi. Luapan emosi kebahagiaan menghapus kelelahan saat terjebak kemacetan panjang di perjalanan. Berkah ini bukan hanya dirasakan oleh masyarakat yang berlebaran di kampung halaman tetapi juga oleh para pengusaha di berbagai sektor.
Hal ini bisa dirasakan saat banyak rumah makan dan pusat-pusat perbelanjaan menjadi ramai kembali, keterisian hotel dan tempat wisata meningkat drastis, penjualan produk-produk ritel mengalami kenaikan, termasuk para tenaga angkut di stasiun, terminal, bandara yang mendapatkan kembali pendapatan mereka. Pertumbuhan ekonomi nasional hingga Rp174 triliun yang diyakini oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, sepertinya tidak sulit untuk terealisasi di masa mudik Lebaran kali ini.
Dampak positif dari tradisi masyarakat untuk mudik saat berlebaran sangat nyata dirasakan. Berbagai sektor usaha telah merasakan imbasnya. Di sektor pariwisata, Sandiaga Uno pun optimis ada pertumbuhan 10%—25% melalui tingkat kunjungan di tempat-tempat wisata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini berharap momen Lebaran dapat mempercepat pemulihan bagi pelaku usaha perjalanan dan pariwisata.
Kementerian Perhubungan memperkirakan ada pergerakan lebih dari 80 juta orang selama musim arus mudik tahun ini. Prediksi tersebut menjadi kenyataan saat jutaan kendaraan memadati semua jalan tol, jalur arteri, dan penyeberangan laut. Ini secara tidak langsung mengidentifikasikan adanya aliran uang yang mengalir dan mampu menghidupkan kembali perekonomian masyarakat di berbagai daerah. Program pembangunan infrastruktur yang selama ini dikebut oleh pemerintah terasa sekali manfaatnya.
Setelah Lebaran, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pemerintah didorong untuk makin serius membangkitkan kembali industri, usaha, dan perdagangan melalui kebijakan-kebijakan yang melindungi perekonomian nasional.
Pertama, insentif tarif impor yang diberlakukan sejak 1 April 2022 untuk industri dan perdagangan yang memiliki kepentingan strategis menjadi salah satu bukti komitmen pemerintah. Tetapi, perlu diwaspadai juga, kenaikan PPN menjadi 11% bisa berkontribusi terhadap penurunan daya beli masyarakat.
Kedua, inflasi tahunan di bulan April sebesar 3,26% yang dipicu kenaikan harga minyak goreng dan bensin jangan sampai berlarut-larut. Harga-harga kebutuhan pokok masyarakat mendesak untuk dapat dikendalikan.
Ketiga, sektor industri, usaha, dan perdagangan membutuhkan dukungan dan kebijakan pemerintah yang menjamin kelancaran proses produksi dan rantai pasokan. Jangan sampai kenaikan investasi 17% atau senilai Rp103,5 triliun di industri manufaktur pada triwulan pertama menjadi sia-sia.
Keempat, mafia-mafia pembuat kekacauan pasar harus dapat segera diberantas. Jangan lagi ada pihak yang memanfaatkannya untuk berkampanye dan berpolitik praktis menuju Pemilu 2024.
Arus balik Lebaran semoga juga menjadi titik balik pemulihan asa kita semua. Momentum baik ini harus terus dijaga tetapi jangan sampai euforia berlebihan sehingga mengabaikan ancaman virus yang (mungkin) masih ada.
Setelah Lebaran, kita memasuki masa liburan sekolah, dan selanjutnya hampir dipastikan kegiatan-kegiatan akan dilakukan sepenuhnya dengan pertemuan tatap muka. Ini menjadi angin segar bagi para pelaku bisnis khususnya.
Perlahan tetapi pasti, pemulihan sedang terjadi. Semoga tidak ada lagi pandemi-pandemi baru. Bila badai besar saja pasti berlalu maka pandemi pun pasti bisa dilalui. Harapan (harus) selalu ada karena pelangi hanya akan muncul setelah hujan. Jadi, tetaplah optimistis!