Bisnis.com, JAKARTA - PDB bruto Indonesia meningkat sebesar 3,69 persen year-over-year (yoy) pada tahun 2021, mengikuti pencabutan bertahap pembatasan Covid-19 juga sebagai rekor ekspor tertinggi yang didorong oleh menguatnya harga-harga komoditas.
Ini menandai kenaikan yang kuat setelah pertumbuhan negatif sebesar 2,02 persen terjadi pada tahun 2020, namun angka tersebut masih di bawah tren pra-pandemi pertumbuhan PDB tahunan 5 persen. Sentimen yang lebih positif dan peningkatan aktivitas bisnis juga didukung oleh upaya pemerintah untuk meningkatkan program vaksinasi yang telah menghasilkan dampak yang signifikan penurunan kasus harian selama beberapa kuartal terakhir.
Menurut survei Grant Thornton, pebisnis di Indonesia lebih optimistis. Sekitar 87 persen pemilik bisnis mengharapkan pendapatan mereka meningkat dalam 12 bulan ke depan, kata survei tersebut. Optimisme ini juga tercermin di sektor properti dengan banyak peluncuran proyek berlangsung selama enam bulan terakhir.
“Sektor perumahan (landed housing) memimpin pertumbuhan karena permintaan yang terpendam terus menghasilkan penjualan yang kuat di berbagai proyek khususnya di wilayah Jabodetabek. Sinarmas Land, Summarecon dan Alam Sutera adalah salah satu pengembang yang telah meluncurkan cluster baru di kotapraja andalan mereka untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari kaum muda keluarga dan milenial,” tulis survei Grant Thornton yang dikutip Bisnis, Minggu (08/05/2022).
Director Research & Consultancy Savilis Indonesia, Anton Sitorus mengungkapkan dinamika pasar saat ini juga menarik beberapa pengembang asing untuk bekerja sama dengan pengembang lokal, tidak hanya di sektor perumahan, tetapi juga di komersial dan industri/logistik.
“Selain itu, kami juga terlihat peningkatan partisipasi pengembang asing dalam pembangunan data center di Indonesia,” jelas Anton dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Minggu (08/05/2022).
Baca Juga
Di Jakarta, permintaan meningkat pada tahun 2021, karena pasar secara bertahap muncul dari kemerosotan pandemi. Di pasar kantor, penerimaan di CBD dan Non-CBD meningkat sebesar 48 persen dan 85 persen yoy, masing-masing.
Relokasi penyewa dan ekspansi yang kuat di antara e-commerce dan perusahaan teknologi mendukung permintaan pergudangan tahun lalu dan diperkirakan akan terus menyerap ruang kosong dan supply chain selama satu sampai dua tahun ke depan.
Sementara itu, di sektor ritel, pelonggaran pembatasan Covid-19 telah mendorong orang untuk kembali ke mal, yang membantu peningkatan aktivitas lalu lintas dan pengambilan bersih yang dihasilkan selama 2021.
Aktivitas beli di pasar kondominium dimulai relatif sepi pada tahun 2022 karena dampak Omicron awal tahun ini. Penjualan di Bodetabek hanya sekitar 700 unit pada kuartal pertama.
“Secara keseluruhan, kami berharap untuk melihat lebih banyak aktivitas di seluruh sub-pasar didukung oleh prospek ekonomi Indonesia yang kuat dan prospek bisnis yang positif. Kami juga mengharapkan lebih banyak investasi pengembang asing dan investor di pasar properti terutama di sektor logistik dan industri,” papar Anton.
Dengan ketidakpastian global, ditambah dengan kenaikan harga komoditas dan pajak yang lebih tinggi masih menjadi tantangan.
“Pemerintah Indonesia harus terus fokus memperkuat perekonomian domestik yang akan menjadi faktor kunci dalam menarik investor global,” tandasnya.