Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas perekonomian China terkontraksi tajam pada April 2022 dikarenakan kebijakan lockdown di Shanghai dan daerah lain untuk menahan penyebaran Covid-19 sehingga menyebabkan penutupan pabrik dan menahan konsumsi.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran lebih lanjut pada gangguan rantai pasok global.
Kemerosotan secara meluas terjadi, di mana output hasil produksi mencatakan kontraksi lebih lanjut dan permintaan jasa jauh lebih lemah dari perkiraan. Data PMI Manufaktur China pada April 2022 menunjukkan tingkat kerusakan ekonomi akibat wabah dan kebijakan Zero Covid-19.
PMI Manufaktur China tercatat turun menjadi 47,4 pada April 2022, dari 49,5 pada bulan sebelumnya. Indeks non-manufaktur, yang mengukur aktivitas di sektor konstruksi dan jasa, tercatat jatuh ke level 41,9 dari 48,4 pada Maret, mencapai level terendah sejak Februari 2020 dan jauh di bawah perkiraan konsensus 46.
Penurunan dalam kegiatan manufaktur disebabkan oleh penurunan tajam dalam produksi dan permintaan, kata biro statistik dalam sebuah pernyataan.
Aktivitas di industri jasa mengalami penurunan yang tajam. “Karena dampak parah dari wabah tersebut,” kata Zhao Qinghe, ahli statistik senior NBS, dilansir melalui Bloomberg, Sabtu (30/4/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan, aktivitas bisnis mengalami kontraksi di 19 dari 21 sektor yang disurvei, termasuk transportasi udara, akomodasi dan makanan.
Sebuah indeks yang mengukur waktu pengiriman pemasok turun menjadi 37,2 dari 46,5, menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu lebih lama bagi bahan baku untuk mencapai pelanggan manufaktur mereka.
Sementara itu, indeks persediaan barang jadi naik ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, dengan kemungkinan barang menumpuk di gudang karena penurunan permintaan dan sulitnya mengangkut barang ke truk.
“Beberapa bahkan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan bahan baku utama dan komponen utama, penjualan produk jadi yang buruk, dan backlog persediaan, di antara masalah lainnya,” kata Zhao.
Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management Zhang Zhiwei memperkirakan pertumbuhan PDB China pada kuartal kedua tahun ini akan berubah negatif.
“Masalah utama ke depan adalah bagaimana pemerintah akan menyempurnakan kebijakan ‘zero tolerance’ untuk mengurangi kerusakan ekonomi,” kata dia.