Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya kebutuhan memory chip dan penjualan smartphone level premium telah melambungkan pendapatan Samsung Electronics Co. Namun, perusahaan mengaku banyak ketidakpastian pada tahun ini.
Pendapatan bersih raksasa asal Korea Selatan ini naik lebih dari 50 persen menjadi 11,13 triliun won (US$8,8 miliar) pada kuartal I/2022. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan analis senilai 10,14 triliun won (US$7,96 miliar) berdasarkan perkiraan Bloomberg.
Dalam pernyataan publikasi laporan keuangan, Samsung mengungkapkan adanya dampak potensial akibat peperangan di Ukraina, meningkatnya inflasi, dan lockdown di China.
"Ini adalah tantangan besar untuk memprediksi durasi atau efek gangguan pasar dari berbagai masalah makro seperti perang Rusia-Ukraina dan inflasi global," kata Wakil Presiden Eksekutif Samsung untuk bisnis chip memori Jinman Han.
Perusahaan pemasok chip terbesar di dunia itu menolak untuk memberikan proyeksinya pada tahun ini akibat banyaknya ketidakpastian.
Sahamnya turun 1 persen pada perdagangan di Seoul. Secara tahunan, Samsung turun 17 persen pada penutupan hari Rabu.
Baca Juga
Analis Bloomberg Masahiro Wakasugi mengatakan ekspor kartu memori NAND Korea Selatan mencapai rekor baru pada Maret.
Kioxia dari Jepang yang mengalami kemunduran baru-baru ini telah berkontribusi pada peningkatan ekspor NAND dan kemasan multi-chip (MCP) yang menguntungkan Samsung dan SK Hynix.
"Bisnis foundry [salah satu model bisnis semikonduktor] Samsung mungkin akan diuntungkan dari kuatnya ekspor system-chip," ujarnya.
Samsung mengatakan bisnis memorinya melebihi perkiraannya karena kuatnya permintaan dari produsen server dan personal computer (PC).
Kendati permintaan untuk server naik, permintaan untuk komponen ponsel akan terpukul karena lockdown di China dan kenaikan harga komoditas akibat perang di Ukraina.
“Sentimen konsumen berpotensi untuk pulih di akhir kuartal, dengan peluncuran model faktor bentuk baru...dengan dimulainya kembali investasi dalam infrastruktur 5G," tutur Han.
Samsung memperkirakan permintaan smartphone akan naik pada paruh kedua tahun ini setelah penurunan tipis pada kuartal II.
Perusahaan analis teknologi Canalys menunjukkan pengiriman smartphone secara global turun 11 persen pada kuartal I/2022, penurunan terburuk sejak virus menyebar.