Bisnis.com, JAKARTA — Bank of Japan (BOJ) diperkirakan akan menjaga pelonggaran kebijakan moneter meskipun yen melemah dengan laju tercepat dalam dua dekade terakhir.
Berdasarkan survei ekonom oleh Bloomberg, sebanyak 89 persen meyakini bank sentral Jepang akan mempertahankan suku bunga negatif dan program pembelian aset setelah pertemuan dua hari pada Rabu pekan ini. Sekitar 10 persen sisanya memperkirakan ke arah pengetatan.
Adapun Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda tengah berada dalam posisi sulit, mengingat bahwa komitmennya terhadap sikap pelonggaran telah memicu pelemahan yen dengan cepat.
Kondisi itu memperburuk keuangan rumah tangga dan pelaku usaha serta memukul harga energi yang sudah melonjak.
Pada saat yang sama, tindakan pengetatan akan mendinginkan perekonomian yang belum kembali ke level sebelum Covid. Kredibilitas Kuroda juga akan dikritik mengingat target menjaga inflasi 2 persen tidak tercapai.
"Bank of Japan kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan, mendorong kembali terhadap tekanan pasar yang telah menguji tekadnya untuk mempertahankan imbal hasil di kisaran targetnya," ujar ekonom Bloomberg Economics Yuki Masujima, seperti dilansir Bloomberg pada Rabu (27/4/2022).
Laporan proyeksi kuartalan yang akan segera dirilis kemungkinan akan menunjukkan perkiraan inflasi berada di atas 2 persen, utamanya karena kenaikan harga bahan bakar yang tajam.
Setiap proyeksi di atas 1,2 persen akan berarti bahwa BOJ memprediksikan inflasi tercepat dalam tiga dekade terakhir, tidak termasuk tahun-tahun ketika ada kenaikan pajak.
Pengumuman arah kebijakan dan proyeksi inflasi akan dilakukan pada Kamis pagi waktu setempat.