Bisnis.com, JAKARTA — International Monetary Fund (IMF) baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan global pada 2022 sebesar 0,8 persen menjadi 3,6 persen. Terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab keputusan itu.
Berdasarkan World Economic Outlook yang dipublikasikan pada Selasa (19/4/2022), setidaknya terdapat lima poin yang menjadi perhatian utama dalam pertumbuhan ekonomi global. pada 2022.
1. Perang Rusia dan Ukraina
Dampak peperangan dan sanksi Rusia akan secara langsung memukul Ukraina, Rusia, dan Belarus. Namun, dampak perang ini meluas secara global melalui harga komoditas, perdagangan dan keuangan, pasokan tenaga kerja, dan dampak yang bersifat kemanusiaan, terutama di Eropa.
2. Pengetatan moneter dan gejolak pasar uang
Sejumlah bank sentral telah mengambil sikap dalam menghadapi inflasi yang semakin memanas, bahkan sebelum perang pecah. Dalam beberapa bulan ke depan, suku bunga kebijakan diprediksi akan terus naik dan neraca keuangan bank sentral akan mulai melonggar, terutama di negara maju. Adapun di negara berkembang, bank sentral juga terlihat akan memperketat kebijakan, kecuali China yang terus memangkas rasio cadangan wajib perbankan.
3. Pencabutan fiskal
Ruang kebijakan di beberapa negara terus terkikis oleh kebutuhan belanja terkait Covid-19 dan pendapatan pajak yang menurun. Akibat meningkatnya biaya pinjaman, pemerintah semakin tertantang untuk membangun kembali penyangga. Dukungan fiskal akan terus merosot pada 2022 - 2023, terutama di negara maju.
4. Perlambatan China
Pertumbuhan ekonomi China yang melambat akan berdampak luas ke Asia dan para eksportir komoditas. Strategi nol Covid oleh Pemerintah China telah membuat lockdown meluas. Penurunan pasar properti memberikan sinyal bahwa investasi real estate masih sepi.
5. Pandemi Covid-19 dan akses vaksin
Kelangkaan pekerja dan pembatasan aktivitas menambah gangguan dan kemacetan pasokan pada awal 2022 yang memicu hambatan aktivitas dan mengerek inflasi. Dampak kesehatan dan ekonomi dari Covid-19 mulai memudar pada kuartal II/2022. Jumlah rawat inap dan kematian akibat Covid mulai mereda di banyak negara. Namun, langkanya vaksinasi di negara miskin membuat kemungkinan adanya penyebaran baru, meski dampaknya terhadap aktivitas diasumsikan lebih kecil daripada gelombang sebelumnya.