Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi negara-negara di Asia dihadapkan pada ancaman stagflasi dikarenakan harga komoditas yang meningkat tinggi akibat perang Rusia Ukraina, serta risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi China.
International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia akan lebih rendah, sementara laju inflasi akan meningkat tinggi.
Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia diperkirakan tumbuh 4,9 persen pada tahun ini, 0,5 persen lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
IMF juga menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Asean sebesar 0,2 persen menjadi 5,1 persen pada tahun ini.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz berpendapat perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan masih aman dari ancaman stagflasi.
Dia mengatakan, stagflasi terjadi jika laju inflasi meningkat, sementara pertumbuhan ekonomi melambat. Stagflasi ekonomi juga merupakan risiko jika pemulihan permintaan di suatu negara terganggu.
Baca Juga
Menurutnya, permintaan di dalam negeri saat ini masih membaik dan diproyeksikan akan terus mengalami perbaikan ke depannya.
“Baseline kami indonesia belum akan stagflasi, karena pertumbuhan ekonomi tahun ini masih akan membaik ke 5,1 persen,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/4/2022).
Sementara itu, Faiz memperkirakan tingkat inflasi Indonesia akan mencapai level 4,0 persen pada akhir 2022, tanpa memperhitungkan kenaikan harga BBM.
Kenaikan inflasi, kata dia, terjadi seiring dengan permintaan di dalam negeri yang membaik, juga didorong oleh transmisi dari kenaikan biaya produksi yang sudah ditanggung oleh produsen sejak akhir 2021.