Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Buka Suara soal Aksi Walk Out AS, Kanada, dan Inggris di Pertemuan G20

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemerintah telah mengantisipasi sejumlah skenario, terutama sikap negara G7 atas kehadiran delegasi Rusia dalam pertemuan FMCBG G20 ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan) memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan) memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL

Bisnis.com, JAKARTA - Negara Barat, terutama Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris melakukan aksi walk out atau boikot sebagai bentuk protes atas hadirnya delegasi Rusia dalam pertemuan kedua Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Presidensi G20 Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemerintah telah mengantisipasi sejumlah skenario, terutama sikap negara G7 atas kehadiran delegasi Rusia dalam pertemuan ini.

Menurutnya, hal ini tidak mengagetkan, terutama bagi Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini. Sri Mulyani pun memastikan, aksi walk out yang dilakukan negara barat tidak mengganggu atau menimbulkan masalah dalam diskusi yang berlangsung.

Dengan kehadiran Ukraina dan organisasi internasional, kata dia, pandangan seluruh anggota G20 dan undangan mengenai risiko ekonomi global dan penanganannya tetap dapat diakomodir dengan baik.

“Menariknya, meski dalam hal ini ada kecaman keras terkait perang di Ukraina oleh Rusia, namun semua anggota justru mendasari perlunya kita untuk dapat terus menjaga kerja sama G20 dan multilateral,” katanya dalam konferensi pers Pertemuan Kedua Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Presidensi G20 Indonesia, Kamis (21/4/2022).

Sri Mulyani menyampaikan, saat ini dunia menghadapi proses pemulihan ekonomi yang masih sangat rapuh, terlebih lagi pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan.

Gangguan mata rantai pasok menjadi tantangan pemulihan dan perang Rusia dan Ukraina disebut memperburuk kondisi ini dengan mendorong naiknya harga komoditas pangan, energi, dan mineral.

Hal ini menurutnya akan menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan, bagaimana untuk terus mendukung proses pemulihan, sementara inflasi meningkat sangat cepat di banyak negara, sehingga akan memaksa respons otoritas moneter untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter.

“Saya pikir [kehadiran Rusia dan Ukraina] ini baik dan diungkapkan secara terbuka oleh semua anggota. Mengapa? Karena menurut saya anggota G20 melihat tanggung jawab agar kita mampu mengatasi masalah yang secara sistematis penting bagi perekonomian global,” jelasnya.

Dia menambahkan, dengan pertemuan ini, semua anggota melihat G20 sangat penting sebagai forum untuk mendorong koordinasi dan kolaborasi bersama. Sri Mulyani yakin, aksi yang dilakukan negara barat tersebut tidak akan mengikis kerja sama dan peran forum G20.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper