Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Perang Menguat, Kemenkeu Waspadai Pergerakan Harga Komoditas

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah akan terus mewaspadai dampak kenaikan harga komoditas global ke ekonomi domestik secara umum.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -  Pergerakan harga komoditas global sejak 2021 masih berada pada tren peningkatan ditambah lagi dengan adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina, membuat nilai ekspor Indonesia terus bertumbuh.

Bahkan, ekspor diprediksi akan terus menguat dan menopang Neraca Perdagangan Indonesia seiring tren peningkatan harga komoditas yang masih akan berlangsung.

Meskipun ekspor diproyeksi masih kuat kedepannya dan berkontribusi positif terhadap perekonomian, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah akan terus mewaspadai dampak kenaikan harga komoditas global terhadap ekonomi domestik secara umum.

"Ke depan, diperkirakan harga komoditas masih akan mengalami peningkatan, sehingga pemerintah akan terus memantau dan memitigasi perkembangan tersebut agar APBN 2022 dapat tetap sehat dan berkelanjutan," kata Febrio dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/4/2022).

Dia menjelaskan, kenaikan harga komoditas global dapat memicu naiknya harga-harga di level domestik, khususnya terhadap harga-harga bahan baku. Kenaikan ini salah satunya akan berdampak pada belanja pemerintah, terutama untuk subsidi energi dan kompensasi BUMN.

Atas dasar itulah, pemerintah telah dan akan terus memberikan bantuan perlindungan sosial guna melindungi daya beli masyarakat khususnya yang miskin dan rentan.

Pemerintah juga akan terus memantau dan memastikan ketersediaan energi dan pangan untuk kebutuhan domestik.

Pada Maret 2022, ekspor Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$26,50 miliar, tumbuh kuat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 44,36 persen (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ekspor terjadi baik pada komponen migas 54,8 persen (yoy) maupun non-migas 43,82 persen (yoy).

Febrio menyampaikan, ekspor menjadi  driver utama kinerja pertumbuhan ekonomi 2021 pada saat konsumsi rumah tangga mengalami tekanan akibat pandemi.

Pada 2022, kontribusi ekspor pada pertumbuhan ekonomi kuartal I/2022 juga diperkirakan cukup signifikan, selain semakin menguatnya aktivitas konsumsi dan investasi seiring dengan keberhasilan pengendalian gelombang Omicron.

Di lain sisi, konflik antara Rusia dan Ukraina secara tidak langsung berpengaruh terhadap volume perdagangan dan harga komoditas global.

Kenaikan harga komoditas global ini, lanjut dia, membawa dampak positif pada ekspor Indonesia, khususnya terkait komoditas energi, mineral dan logam dimana Indonesia mengekspor dalam jumlah yang besar sehingga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper