Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wisatawan Lokal Jadi Penyelamat Kinerja Sektor Perhotelan

Meskipun pandemi menyebabkan pembatasan ketat pada sektor perhotelan,  di Indonesia telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan sejak tahun lalu, berkat peningkatan laju turis domestik.
Pengunjung menikmati pemandangan di salah satu hotel yang kini tingkat hunian atau okupansinya mulai meningkat di Malang, Jawa Timur, Senin (17/12/2018)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto
Pengunjung menikmati pemandangan di salah satu hotel yang kini tingkat hunian atau okupansinya mulai meningkat di Malang, Jawa Timur, Senin (17/12/2018)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah telah mengizinkan masyarakat untuk bepergian dan melakukan mudik lebaran seiring dengan melandainya pandemi Covid-19. Kelonggaran dari pemerintah tersebut diprediksi memberi dampak positif bagi sektor pariwisata, khususnya perhotelan. Pasalnya, okupansi hotel di Indonesia masih didominasi oleh turis domestik.

Vice President JLL Hotels & Hospitality Group, Asia Pacific, Julien Naouri menyebutkan, turis domestik berperan penting dalam pemulihan sektor pariwisata terutama perhotelan.

“Tidak seperti competitor terdekatnya, Thailand, yang mengizinkan masuknya turis asing sejak November tahun lalu, [hotel di] Indonesia bergantung pada wisatawan lokal, khususnya [hotel-hotel di] Jakarta, yang sering menjadi tempat rapat bisnis dan konferensi atau acara pernikahan,” terang Naouri dalam media briefing, Rabu (20/04/2022).

Meskipun pandemi menyebabkan pembatasan ketat pada sektor perhotelan,  di Indonesia telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan sejak tahun lalu, berkat peningkatan laju turis domestik.

"Kita tentunya melihat pemulihan terutama di pasar-pasar hotel yang besar seperti Jakarta, Surabaya, berkat wisatawan domestik yang khususnya mengisi hotel-hotel bintang 2 dan 3," ujar Naouri.

Julien mengatakan, untuk hotel-hotel bintang 5 okupansinya masih terkontraksi karena wisatawan asing, yang mendominasi keterisian hotel ini, belum sepenuhnya kembali ke Indonesia.

Dia mencontohkan, dua tahun lalu, tingkat okupansi hotel di Bali hampir 98 persen diisi oleh wisatawan domestik. Peningkatan okupansi hotel ini didorong dengan program “Work from Bali” yang diikuti sekitar 25 persen untuk tinggal dan bekerja di hotel-hotel di Bali, yang pada tahun 2021 hanya dikunjungi 51 turis.

"Namun, tahun ini diperkirakan ada pertumbuhan karena wisatawan Australia berangsur-angsur kembali ke Bali," ujarnya.

Hingga saat ini, okupansi hotel-hotel di Bali telah mencapai lebih dari 50 persen. Menurutnya, ke depan hotel-hotel ini bisa segera penuh kembali seiring dengan melandainya pandemi Covid-19 dan diizinkannya masyarakat untuk bepergian ke luar negeri.

"Ini hanya masalah waktu saja," tegas Naouri.

Di sisi lain, adanya event internasional seperti G20 di Bali akhir tahun nanti juga akan meningkatkan citra wisata daerah tersebut, begitu pula dengan Lombok setelah perhelatan MotoGP Mandalika 2022.

"Diharapkan dengan adanya penerbangan-penerbangan langsung ke Bali dan Lombok bisa meningkatkan minat penyelenggara event di daerah ini [sehingga hotel-hotel dapat terisi penuh]," sambung Naouri.

Sementara itu, hotel-hotel di Jakarta mencatatkan pertumbuhan pendapatan tertinggi secara nasional, dengan tingkat pendapatan per kamar yang dihuni (RevPAR) naik hingga 51.3 persen year-on-year pada kuarter-1 2022. Pada segmen hotel mewah, tingkat okupansi mencapai 68 persen, melampaui tingkat okupansi sebelum pandemi Covid-19 pada Desember 2019.

“Kami melihat sebagian besar hotel [di Jakarta] berfokus pada okupansi daripada pendapatan, dengan cara menurunkan harga secara agresif untuk menarik konsumen,” kata Naouri.

Meski demikian, tren kenaikan ini merupakan pertanda positif setelah dua tahun. Pelonggaran perjalanan domestik dari pemerintah akan menguntungkan hotel-hotel di Jakarta.

“Dengan pulihnya perjalanan antar kota, akan ada lebih banyak MICE dan acara-acara bisnis yang diharapkan digelar di Jakarta dalam beberapa bulan kedepan,” imbuhnya.

Tanpa ketentuan karantina, masih banyak hambatan yang menghalangi kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hingga saat ini banyak objek wisata di Indonesia yang mengharuskan turis asing untuk melakukan tes PCR on-arrival, wajib memiliki asuransi perjalanan, kewajiban menginap selama minimum tiga malam di hotel tersertifikasi, dan pengetatan aturan visa on-arrival.

“Aturan-aturan tersebut tidak membantu peningkatan kunjungan turis mancanegara. Pemerintah harus melonggarkan aturan agar dapat bersaing dengan destinasi wisata lain di luar negeri,” pungkas Naouri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper