Bisnis.com, JAKARTA - International Monetary Fund (IMF) menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini sebesar 0,8 persen poin menjadi 3,6 persen.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang masih terus berlangsung, yang berdampak pada melonjaknya harga komoditas yang akan mendorong kenaikan inflasi global.
Sejalan dengan itu, angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diturunkan sebesar 0,2 persen poin menjadi 5,4 persen tahun ini.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan Indonesia akan mencatat pertumbuhan PDB yang lebih tinggi pada 2022 karena konsumsi swasta yang menguat seiring dengan pelonggaran PPKM.
“Dengan demikian, pulihnya permintaan akan mendorong kegiatan produksi dan investasi,” katanya, Rabu (20/4/2022).
Di samping itu, kebijakan fiskal yang tetap antisipatif, responsif, dan fleksibel, serta kebijakan moneter yang pro-stabilitas dan langkah-langkah makroprudensial yang pro-pertumbuhan menurutnya akan terus menopang pemulihan ekonomi.
Baca Juga
Kenaikan harga komoditas pun, kata Faisal, akan mendukung kinerja ekspor, meski dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi daripada yang diantisipasi selama pemulihan ekonomi, di mana inflasi tarikan permintaan diperkirakan akan meningkat.
Meski demikian, dia mengatakan, jika kenaikan inflasi gagal dikendalikan, maka akan ada risiko penurunan daya beli yang dapat melemahkan konsumsi sampai batas tertentu.
“Secara keseluruhan, kami masih memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia dapat tumbuh sebesar 5,17 persen pada 2022,” kata dia.