Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tegaskan Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Ekonomi Indonesia

Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia menilai bahwa surplus neraca perdagangan yang terus meningkat berkontribusi dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan bahwa capaian kinerja Maret 2022 membuat Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan 23 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Hal tersebut menjadi preseden positif bagi perekonomian.

"Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia," ujar Erwin melalui keterangan resmi, dikutip pada Selasa (19/4/2022).

Dia menjelaskan bahwa ke depannya, BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal perekonomian. Upaya itu pun dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia Maret 2022 mencatatkan surplus US$4,53 miliar, naik dari bulan sebelumnya senilai US$3,83 miliar.

Surplus pada Maret 2022 itu bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas.

Pada Maret 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai US$6,62 miliar, lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya senilai US$5,74 miliar. Perkembangan positif itu didukung oleh naiknya ekspor nonmigas dari US$19,48 miliar pada Februari 2022 menjadi US$25,09 miliar pada Maret 2022.

Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti batu bara, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani/nabati.

Berdasarkan negara tujuannya, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan Jepang tercatat meningkat seiring dengan permintaan yang tetap kuat di tengah harga global yang meningkat. Adapun, impor nonmigas masih kuat pada seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat dari US$1,91 miliar pada Februari 2022 menjadi US$2,09 miliar pada Maret 2022. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dari ekspor migas.

Adapun, BI melihat perbaikan kinerja ekonomi ke depannya akan dipengaruhi oleh volume ekspor yang tertahan seiring dengan lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan dunia akibat berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper