Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah meyakini bahwa penerimaan negara berpotensi melampaui target pada tahun ini karena tingginya perolehan pada kuartal I/2022, karena harga komoditas yang masih terjaga tinggi.
Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan Askolani menjelaskan bahwa tingginya harga komoditas mendorong kinerja ekspor nonmigas pada kuartal I/2022. Hal tersebut tercermin dari realisasi neraca perdagangan Maret 2022.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Maret 2022 mencapai US$4,53 miliar, memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Indonesia pun mencatatkan surplus neraca perdagangan 23 kali berturut-turut.
Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat US$26,50 miliar dan nilai impor hanya US$21,97 miliar. Sektor non migas menjadi penopang utama kinerja ekspor Maret 2022 tersebut.
"Tingginya harga komoditas berpengaruh terhadap kenaikan penerimaan negara, baik dari pajak, bea cukai, maupun penerimaan negara bukan pajak [PNBP] pada kuartal I/2022," ujar Askolani kepada Bisnis, Selasa (19/4/2022).
Dia meyakini bahwa kinerja kuartal I/2022 akan mendorong kondisi perekonomian sepanjang tahun ini. Jika harga komoditas terus terjaga tinggi, Askolani meyakini bahwa penerimaan negara dapat melebihi target.
Baca Juga
"Bila harga migas tersebut masih tetap bertahan tinggi, maka akan menambah penerimaan negara hingga akhir 2022," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan ekspor nonmigas pada Maret 2022 menyebabkan surplus neraca perdagangannya turut terdongkrak.
"Beberapa komoditas nonmigas yang mengalami kenaikan harga yang tinggi, di antaranya batu bara sebesar 49,91 persen, nikel 41,26 persen, dan minyak kelapa sawit 16,72 persen," ujar Margo dalam konferensi pers neraca perdagangan, Senin (18/4/2022).
Jika dirinci, kenaikan ekspor nonmigas disumbang oleh sejumlah komoditas yakni bahan bakar mineral, besi dan baja, lemak dan minyak hewan nabati, nikel, dan logam mulia.
Menurut Margo, kenaikan ekspor nonmigas disumbangkan dari sejumlah mitra dagang utama, yakni China, India, Amerika Serikat, Vietnam, dan Malaysia. Sebaliknya, penurunan ekspor nonmigas terbesar berasal dari Ukraina, Mauritania, Bulgaria, Turki, dan Rusia.