Bisnis.com, JAKARTA - Komite Stabilitas Keuangan (KSSK) melaporkan sejumlah indikator ekonomi Indonesia tercatat baik pada awal Maret 2022.
Indikator itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), penjualan eceran, growth dari penjualan kendaraan bermotor, konsumsi semen dan konsumsi listrik yang cukup baik.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2022 sebesar 111,0, yang turun dari 113,1 pada Februari 2022. Meskipun terjadi sedikit penurunan, IKK Maret 2022 masih berada pada zona optimis, yakni di atas 100. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2022 tumbuh 12,9 persen yoy.
Realisasi penjualan kendaraan bermotor roda empat atau lebih di Indonesia pada bulan Maret 2022 capai rekor tertinggi. Per Maret 2022, angka penjualan wholesale (pabrik ke dealer) tembus 98.524 unit. Sementara itu, angka penjualan ritel sepanjang Maret mencapai 89.811 unit.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, dari sisi eksternal surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 meningkat yaitu mencapai US$3,83 miliar. Ini didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan non migas, terutama dengan meningkatnya harga-harga komoditas global seperti batu bara, besi, baja dan CPO.
Dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global dan aliran modal asing ke pasar keuangan domestik yang mengalami tekanan, investasi portofolio mengalami net outflow sebesar US$1,3 miliar sampai dengan tgl 31 Maret 2022.
Baca Juga
"Tekanan net outflow ini bila dibandingkan dengan negara emerging market lainnya yang juga mengalami net outflow masih relatif lebih rendah atau lebih baik," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022, Rabu (13/4/2022).
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan, cadangan devisa Indonesia pada posisi Maret 2022 tetap pada tingkat yang tinggi yaitu mencapai US$139,1 miliar. Hal ini, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.
"Standar ini berada di atas standar kecukupan internasional yg biasanya dihitung di sekitar 3 bulan kebutuhan impor, jadi lebih dari 2 kali lipat dari standar kecukupan internasional," kata dia.