Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Pasar Negatif, Prospek Penjualan Ritel Masih Terbatas

Prospek pertumbuhan ritel modern yang positif diprediksi belum mampu mengangkat keseluruhan kinerja industri tersebut tahun ini.
Rest area jalan tol Trans Jawa./Antara/Oky Lukmansyah
Rest area jalan tol Trans Jawa./Antara/Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan pertumbuhan penjualan ritel modern di rest area sepanjang jalan tol bakal naik 10 hingga 15 persen secara tahunan seiring dengan relaksasi kebijakan mudik pada tahun ini.

Kendati demikian, pertumbuhan yang positif itu tidak bakal berdampak signifikan secara keseluruhan untuk kinerja ritel di tengah inflasi domestik yang diprediksi memangkas pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini.

Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey mengatakan asosiasinya masih mengkhawatirkan sejumlah paket kebijakan seperti kenaikan pajak pertambahan nilai atau PPN sebesar 11 persen, fluktuasi harga energi hingga barang kebutuhan pokok atau bapok bakal mengurangi tingkat konsumsi masyarakat di tengah momentum mudik tahun ini.

“Kalau prediksinya 80 juta orang yang mudik tahun ini kontribusinya untuk transaksi di gerai sepanjang rest area jalan tol bisa 10 hingga 15 persen, tapi bukan berarti berdampak secara keseluruhan konsolidasi di toko-toko lain,” kata Roy melalui sambungan telepon, Selasa (12/4/2022).

Secara keseluruhan, kata Roy, kinerja penjualan ritel modern relatif menyusut jika dibandingkan dengan torehan tahun lalu. Alasannya otoritas fiskal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini hanya di angka 5 persen. Proyeksi itu terpaut jauh dari torehan pada periode yang sama di 2021 sebesar 7,07 persen.

Dia menuturkan turunnya kinerja penjualan ritel modern itu dipengaruhi oleh sentimen kenaikan harga sebagian besar barang kebutuhan pokok dan penting (bapokting) pada tahun ini. Menurut dia, tingkat konsumsi masyarakat bakal ikut turun lantaran sentimen harga tersebut.

“Kita tidak tahu THR ini apa yang akan dibelanjakan oleh masyarakat dengan kenaikan PPN, kenaikan harga energi dan bapok, dampak-dampak sentimen itu kita belum punya data yang lengkap,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi adanya lonjakan mobilitas saat arus mudik tahun ini, jika dibandingkan dengan kondisi dua tahun sebelumnya. Seperti diketahui, mudik pada 2020 dan 2021 dilarang maupun sangat dibatasi.

Berdasarkan survei Balitbang Kemenhub Maret 2022, sebanyak 74,9 juta orang berencana untuk melakukan mudik untuk Idulfitri tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper