Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saingi Garuda, Maskapai Terbesar di Eropa Lufthansa Berutang Rp158 Triliun

Lufthansa AG mencatatkan utang senilai 10 miliar euro (US$11 miliar) atau sekitar Rp158 triliun. Angka ini masih lebih rendah dari utang Garuda Indonesia yang mencapai Rp198 triliun
Boeing 777F dari armada Lufthansa Cargo. /BMW
Boeing 777F dari armada Lufthansa Cargo. /BMW

Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai asal Jerman Deutsche Lufthansa AG mencatatkan utang senilai 10 miliar euro (US$11 miliar) akibat pandemi Covid-19.

"Itu harga [yang harus kami bayar]. Barang itu mahal," kata Spohr dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Schweiz am Wochenende, seperti dikutip Bloomberg pada Sabtu (9/4/2022).

Perusahaan ini berharap maskapai Swiss segera membayar kembali pinjaman yang didukung pemerintah terkait pandemi pada akhir tahun ini mengingat besarnya bunga pinjamannya.

Dia menambahkan bahwa unit bisnis Swiss International Air Lines tidak akan dijual. Spohr memperkirakan pemulihan hingga ke level sebelum pandemi akan didukung oleh perjalanan pribadi pada tahun depan.

"[Kami melihat] efek mengejar ketinggalan," katanya. Namun, CEO Spohr justru lebih skeptis terkait dengan pemulihan dari perjalanan bisnis.

Lufthansa dan maskapai lainnya juga terdampak perang Rusia di Ukraina. Maskapai juga terpaksa membatalkan atau mengubah rute perjalanan jarak jauh untuk menghindari wilayah udara yang tertutup.

Dia juga memperingatkan kenaikan harga tiket seiring dengan kenaikan harga minyak. "Jika harga minyak naik US$10 per barel, harga tiket bisa naik rata-rata US$10," katanya.

Tidak hanya Lufthansa, maskapai Tanah Air, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menanggung utang sebesar Rp198 triliun. Utang yang membebani maskapai di dunia makin berat saat pandemi Covid-19 menerjang. Bahkan Alaska Airlines, yang berbasis di Seattle, AS, memiliki US$1,549 miliar utang jangka panjang.

Dealogic memperkirakan maskapai dunia mencetak utang hingga US$42,6 miliar pada 2020. Angka tersebut meningkat sepanjang tahun lalu. Bloomberg mencatat utang industri ini telah naik 23 persen menjadi US$340 miliar pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper