Bisnis.com, JAKARTA — Badan Kebijakan Fiskal atau BKF Kementerian Keuangan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2022 memang tidak akan mencapai angka setinggi periode yang sama tahun lalu, yakni 7 persen. Meskipun begitu, pemulihan ekonomi berjalan sesuai harapan.
Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan bahwa bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri berada di kuartal II tahun ini, sehingga akan sangat memengaruhi perekonomian periode tersebut. Dia meyakini bahwa konsumsi pada masa bulan suci akan tumbuh dengan baik.
Dia meyakini bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022 akan moncer. Namun, tingginya angka pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 membuat persentase kinerja periode tahun ini tidak akan setinggi sebelumnya.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun lalu relatif tinggi, yaitu 7,2 persen, tetapi level-nya masih cukup rendah dari 2019. Apakah kuartal II/2022 akan cukup kuat, akan tumbuh 7 persen? Jawabannya tidak," ujar Febrio pada Senin (4/4/2022).
Meskipun begitu, Febrio menyatakan bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2022 akan melanjutkan tren pemulihan sejak tahun lalu. Dia pun meyakini bahwa Indonesia dapat kembali ke tren beberapa tahun terakhir, yakni pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen.
"Apakah jawabannya [kuartal II/2022] akan tumbuh di atas 5 persen? Cukup kuat untuk terjadi," ujar Febrio.
Baca Juga
Menurutnya, konsumsi masyarakat cukup tertahan selama dua tahun terakhir. Terlebih, selama dua kali lebaran terdapat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sehingga masyarakat tidak berkumpul bersama keluarga saat hari raya.
"Tahun ini, Ramadan sudah sangat relax [karena kasus Covid-19 yang melandai], lebarannya sudah aman, masyarakat tentu sangat excited. Akan mendorong konsumsi cukup kuat," katanya.