Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chatib Basri Tegaskan Pasar Modal dan Rupiah Relatif Aman dari Dampak Perang Rusia vs Ukraina

Mantan menteri keuangan era SBY M. Chatib Basri meyakini Indonesia relatif aman dari dampak perang Rusia.
Komisaris PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) M. Chatib Basri memberikan kata sambutan di sela-sela penandatanganan kerja sama di Jakarta, Rabu (6/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Komisaris PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) M. Chatib Basri memberikan kata sambutan di sela-sela penandatanganan kerja sama di Jakarta, Rabu (6/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan menteri keuangan era SBY M. Chatib Basri mengungkapkan perang antara Rusia dan Ukraina tidak memberikan dampak besar di sektor keuangan.

Bahkan, dia mengaku tidak kaget jika di tengah berkecamuknya perang, aliran investasi asing ke pasar keuangan Tanah Air tetap kuat.

Salah satu yang membuat investor beralih ke pasar modal Indonesia adalah Rusia dikeluarkan dari indeks MSCI. Ketika Rusia dikeluarkan dari MSCI, investor akan mencari negara lain. Indonesia, kata Chatib, adalah negara tujuan yang aman.

"Indonesia dianggap risikonya kecil jadi saya enggak surprise kalau ada capital inflows. Ini yang menjelaskan mengapa stock market kita roaring. Doing relatively well," ujar Chatib dalam Indonesia Macroeconomic Updates, Senin (4/4/2021).

Adapun di sisi obligasi, dia melihat harga obligasi turun. Namun hal ini dikarenakan adanya kenaikan yield US Treasury.

"Tetapi dalam long term kalau harganya sudah sangat menarik orang [investor] akan masuk lagi," tegasnya.

Terkait dengan nilai rupiah, Chatib mengaku tidak khawatir karena share asing di obligasi pemerintah hanya 19 persen saat ini.

Di sisi perdagangan, Chatib juga tidak melihat dampak negatif yang masif. Ekspor Indonesia diuntungkan dari kenaikan harga energi dan komoditas.

"Terima kasih kepada high energy and commodity prices," ujarnya. Kondisi ini akan mempengaruhi kenaikan penerimaan negara.

Ketika ekspor kita bagus, dia melihat ada dampak positif bagi sektor-sektor tertentu di Tanah Air. Namun, dia mengingatkan kenaikan harga bahan baku akan membayangi sektor manufaktur.

"Competitiveness kita di sektor manufacturing berisiko mengalami penurunan," ungkapnya.

Jika ini berlangsung lama, dia memperkirakan adanya risiko deindustrialisasi (Dutch disease). Kondisi ini akan menimbulkan pergeseran investasi dari sektor manufaktur ke sektor seperti batu bara dan CPO.

"Ini yang akan membuat share dari sektor manufacturing kita akan mengalami penurunan." Kondisi ini bukan fenomena baru, Chatib menuturkan Indonesia telah berulang kali mengalami ini, yakni pada 1978 dan 2011.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper