Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) dan PT Jababeka Tbk. sepakat untuk menjajaki kerja sama terkait pembangunan Fase III MRT trase timur—barat (Cikarang—Balaraja) sepanjang 87 kilometer (km).
Kedua perusahaan juga berencana engembangan kawasan berorientasi transit di wilayah Jawa Barat—Bekasi (Jababeka).
Hal itu dikuatkan dalam Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabanda dan Wakil Direktur Utama PT Jababeka Tjahjadi Rahardja, serta Direktur PT Jababeka Sutedja Sidarta Darmono pada Kamis (31/3/2022).
Nantinya, MRT Fase III yang memiliki 49 stasiun yang akan berakhir di stasiun yang terletak di Jababeka.
Wakil Direktur Utama PT Jababeka Tbk Tjahjadi Rahardja mengatakan MRT Jakarta telah beroperasi 3 tahun sejak Maret 2019 dan menjadi momen MRT Jakarta memulai kerja sama pengembangan fase III dengan mitra dari pihak swasta maupun BUMD provinsi di luar Jakarta
"Kawasan Kota Jababeka menjadi pihak swasta pertama yang diberikan kesempatan diajak kerja sama pembangunan MRT Jakarta," katanya, Kamis (31/3/2022).
Menurutnya, kolaborasi dengan pihak PT MRT Jakarta ini karena sejalan dengan transformasi yang tengah Jababeka ciptakan di Kawasan Kota Jababeka, yakni mengubah Kawasan Jababeka menjadi kotabdengan tata kota berkonsep Transit Oriented Development (TOD) City.
Direktur PT Jababeka Tbk. Sutedja Sidarta Darmono mengatakan kebutuhan moda transportasi di Jababeka sangat diperlukan.
Pasalnya banyak investasi yang masuk di wilayah Jababeka seperti investasi asing pada kawasan industri dan perkotaan. Setiap harinya, di Jababeka terdapat 1,2 juta orang di siang hari.
"Transportasi koridor Timur ini sangat membantu. Jababeka siap dan terbuka kontribusi investasi dan pengembangan dalam kolaborasi MRT Jakarta dalam merealisasikan hal ini. Kami set satu titik itu di Cikarang Jababeka untuk menjadi stasiun terakhir," ujarnya dalam menjawab Bisnis.com, Kamis (31/3/2022).
Sutedja mengungkapkan pihaknya terbuka dalam segala bentuk kolaborasi dan investasi dalam pembangunan MRT Fase 3 ini.
Namun demikian, dia enggan membeberkan lebih lanjut kolaborasi seperti apa yang akan dijajaki dengan MRT.
"Ada potensi kerja sama dalam pembicaraan stasiun. Bisa dalam penyediaan lahan, pembangunan TOD MRT besert di Jababeka hingga berupa dana. Kami masih terbuka dan belum bener-bener pengerucutan. Tapi ada stasiun yang jelas dan pengembangan TOD berbasis MRT," ucapnya.
Jabebeka, lanjutnya, akan menjadi TOD city dimana tak hanya MRT saja yang ada di Jababeka moda transportasi lainnya.
Adapun terdapat 10 pembangunan infrastruktur modern yang telah ada dan akan dibangun di sekitar Kawasan Jababeka, seperti stasiun dan jalur KRL Commuter Line, Elevated Highway Jakarta –Cikampek yang sudah beroperasi sejak Desember 2020, Pelabuhan Patimban serta Bandara Internasional Kertajati yang telah beroperasi sejak Juli 2019, jalan tol JORR II, MRT Fase III Jakarta-Balaraja, LRT Jakarta-Cikarang, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan Monorail.
"Monorail lagi direncanakan oleh Japan International Cooperation Agent (JICA) dan studinya sudah selesai. Semua moda transportasi akan dikonek dengan Monorail. Nantinya juga ada feeder-feeder atau public transport yang mengubungkan titik-titik stasiun transportasi tersebut di Jababeka. Jadi akan ada konektivitas besar yang akan menghubungkan semua moda tersebut sehingga disebut TOD City," tuturnya.
Dia menambahkan sejauh ini Jababeka sebagai kawasan TOD City telah eksis dengan hadirnya transportasi publik dengan layanan Jabodetabek Airport Connexion, Jabodetabek Residence Connexion, Bus AKDP di Hollywood Junction.
Selain itu, dalam waktu dekat, akan ditambahlayanan Shuttle Bus Damri dengan rute Stasiun Cikarang ke Hollywood Junction.
Sutedja pun optimis bahwa kolaborasi dengan PT MRT Jakarta ini berjalan baik dan memberi manfaat serta keuntungan ke semua pihak.
Jababeka akan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan agar rencana kolaborasi bisa masuk ke tahap lanjut yang lebih serius.
"Kami harapkan MRT Fase III Cikarang– Balaraja bisa terwujud sehingga misi Kawasan Kota Jababeka menjadi TOD City bisa terus menunjukan kemajuan positif," katanya.
Dia mengungkapkan rencana TOD MRT di Jababeka nantinya akan dibangun mixed used termasuk high rise apartemen di sekitarnya. Terlebih TOD MRT di Jababeka merupakan stasiun paling ujung rute Balaraja hingga Cikarang.
Dia meyakini kawasan mixed used yang dibangun di atas TOD MRT di Jababeka nantinya akan memiliki prospek yang bagus. Dia memproyeksikan setelah pandemi usai nantinya kawasan apartemen atau rumah susun yang kembali diminati.
"Pada saat pandemi usai, prospek high rise akan bagus kalau sekarang orang takut tinggal di apartemen. Seperti contoh MRT ini, kita bikin stasiun TOD di atasnya mixed used dan high rise. Ini tren sebenarnya, orang tinggal di atas (apartemen) turun ke bawah sudah ada MRT. Nanti tren ke depan lebih ke high rise karena rumah tapak boros tanah, jalanan, dan infrastruktur," terang Sutedja.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan kerjasama dengan Jababeka ini akan melingkupi pembahasan atau pertukaran informasi terkait penyediaan lahan untuk pembangunan stasiun di jalur Timur— Barat MRT (Cikarang—Balaraja), termasuk pengembangan kawasan TOD, dan potensi investasi mixed use oleh PT Jababeka, dan pengelolaan sampah di kawasan TOD dan Stasiun MRT oleh PT Jasa Sarana.
“Pengembangan jaringan MRT Jakarta kedepannya akan banyak merangkul berbagai pihak, tidak lagi mengandalkan single donor seperti sekarang ini. Oleh karena itu, PT MRT Jakarta (Perseroda) membuka kesempatan kerja sama seluas-luasnya dengan berbagai pihak dalam membangun dan mengembangkan jaringan MRT,” jelasnya.
Nilai Proyek Rp160 Triliun
Adapun proyek MRT Fase 3 sepanjang 87 kilometer (km) ini akan membutuhkan total pendanaan senilai Rp160 triliun.
Angka tersebut merupakan angka indikatif berdasarkan basic engineering design (BED), yang sedang dijalankan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Menurutnya, angka tersebut juga meningkat dari prakiraan yang ada pada feasibility study proyek MRT Fase 3 yang dilakukan sejak 2013. Pada saat itu, total pendanaan yang dibutuhkan diprakirakan hanya mencapai Rp110 triliun sampai dengan Rp120 triliun.
"Kalau kami coba hitung juga inflasi, krisis yang terjadi, kemudian mengacu kepada nilai pembangunan MRT di tempat-tempat lain, termasuk yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, total kebutuhan pendanaan untuk semua pelayanan sepanjang 87 km itu sekitar Rp160 triliun," katanya.
Rencananya pendanaannya akan bersumber dari pemerintah, swasta, dan donor. Beberapa pihak diklaim sudah menyatakan minat untuk terlibat dalam pembangunan MRT East West Line seperti JICA dan beberapa bank pembangunan.
"Kalau dari donor ada yang sudah menyatakan minat langsung ke pemerintah atau MRT Jakarta. Tentunya JICA, Jepang yang sudah abntu MRT Jakarta Fase 1 dan 2, lalu ada ADB [Asian Development Bank], dan Asian Infrastructure Investment Bank [AIIB]," ucap William.
Adapun, proyek MRT East West Line ini nantinya akan melewati tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Jalur yang dibangun akan membentang dari Cikarang–Balaraja.
"Jalur yang ada di dalam DKI Jakarta kurang lebih sepanjang 31,7 kilometer, ini indikatif. Lalu, jalur di luar Jakarta 55 kilometer," jelas William.
Untuk pembangunan jalur MRT dan fasilitasnya, PT MRT Jakarta akan membagi proyek tersebut ke dalam sejumlah fase dan tahapan. Fase 1 (Kalideres–Ujung Menteng) akan memiliki jalur sepanjang 33,9 km. Fase pertama, atau Fase 1 Tahap 1 akan membangun jalur dari Ujung Menteng ke Taman Anggrek sepanjang 23,1 km. Kemudian, Fase 1 Tahap 2 (Kembangan–Taman Anggrek) dengan panjang 10,8 km.
Lalu, Fase 2 akan memiliki total jalur sepanjang 50,3 km yang dibagi ke jalur Ujung Menteng–Cikarang (21,9 km), dan Balaraja–Kembangan (28,4 km).
William menegaskan bahwa pembangunan proyek MRT Fase 3 ini harus dilakukan secara paralel, agar tidak memakan waktu hingga puluhan tahun.
"Fase 3 ini 87 kilometer jadi krang lebih sampai tiga kali panjangnya dari fase sebelumnya. Ini harus [dilakukan secara] paralel, tidak bisa linier. Jadi ada pembagian dan segmentasi. Fase 1 ada di Jakarta, Fase 2 dan 3 ada di luar Jakarta. Ini untuk East West Line," tuturnya.