Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anomali Pasar Global, Produksi Terigu Tak Menentu

Tahun lalu, produksi tepung terigu nasional berkisar 6,6 juta ton, atau 75 persen dari kapasitas terpasang industri sebesar 8,9 juta ton. Volume produksi tersebut meningkat sekitar 5 persen dari capaian tahun sebelumnya.
Gandum dan tepung terigu. /Istimewa
Gandum dan tepung terigu. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan produksi tepung terigu nasional sepanjang tahun ini diwarnai anomali dan gejolak politik dunia. Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan selain pandemi yang belum berakhir, konflik Rusia-Ukraina juga menambah ketidakpastian bisnis tahun ini.

Tahun lalu, Ratna mencatat produksi tepung terigu nasional berkisar 6,6 juta ton, atau 75 persen dari kapasitas terpasang industri sebesar 8,9 juta ton. Volume produksi tersebut meningkat sekitar 5 persen dari capaian tahun sebelumnya.

Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan tersebut, Ratna tetap berharap produksi dapat tumbuh di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

"Biasanya di atas [pertumbuhan] PDB, tetapi kan sekarang anomali, ada pandemi, ada perang. Tetapi pandemi juga menurun, geliat ekonomi sudah mulai tampak, saya harapkan tumbuh paling tidak sama dengan PDB," kata Ratna kepada Bisnis, belum lama ini.

Adapun, perang Rusia-Ukraina turut mempengaruhi pasokan bahan baku, meski jumlahnya relatif kecil. Ratna mengatakan volume pasokan gandum yang tertahan dari Ukraina hanya berkisar 1.500 ton dari total konsumsi tahunan nasional 9 juta ton.

Celah kekurangan pasokan dari Ukraina, lanjut Ratna, dengan mudah dapat dipenuhi dari kantong-kantong gandum lain. Berdasarkan data Aptindo, sumber utama gandum Indonesia berasal dari Australia yang mencapai 4,48 juta ton atau 40,5 persen.

Adapun, impor gandum dari Ukraina mencapai 26,8 persen atau 3,07 juta ton, diikuti Kanada sebesar 17 persen atau 1,88 juta ton.

"Selain itu, ini kan memang masa tanamnya Ukraina, jadi tidak ada masalah. Namun untuk mengantisipasi ke depan, banyak source yang lain. Rusia saja sudah menawarkan diri," ujarnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman sebelumnya mengatakan, pengusaha telah melakukan antisipasi untuk mencari pemasok baru.

Sejauh ini belum ada dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap pasokan gandum ke Indonesia. Pasalnya, stok nasional dapat bertahan sekitar dua bulan. Sedangkan stok gandum dunia pada awal tahun mencukupi 30 persen kebutuhan global.

"Produsen tentu mulai komunikasi dengan pemasok lain. Juga jangka panjang perlu disiapkan bahan substitusi terigu," kata Adhi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper