Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian mendorong para integrator untuk berinvestasi dalam perintisan industri pengolahan telur berupa tepung telur.
Adapun industri tepung telur saat ini belum ada di Indonesia. Padahal, pembentukan industri ini diyakini mampu menyerap kelebihan produksi dari para peternak dan berujung pada stabilisasi harga.
Beberapa waktu belakangan, peternak di sejumlah daerah, khususnya Pulau Jawa, mengeluhkan harga telur yang anjlok di kisaran Rp16.000/kg. Harga ini dinilai tidak menutupi biaya produksi.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, di Provinsi Jawa Barat misalnya, pantauan harga rata-rata telur ayam ras tingkat produsen menurun 0,68% dari Rp17.133/kg pada Rabu (16/10/2019) menjadi Rp17.015/kg pada Kamis (17/10/2019).
Harga di tingkat konsumen menurun sebesar 0,24% dari Rp21.050/kg menjadi Rp21.000/kg. Harga terendah telur ayam ras menurun 0,61% atau menjadi Rp16.300/kg di Kabupaten Tasikmalaya. Sementara di Kota Depok senilai Rp16.200/kg.
Direktur Jenderal PKH Kementan I Ketut Diarmita mengatakan industri tepung telur perlu segera dibangun. Integrator menjadi kunci untuk merealisasikannya.
"Makanya saya pancing gimana komitmen integrator bangun itu [industri tepung telur]. Kalau enggak [ada komitmen], enggak akan berhasil," ujarnya, Kamis (17/10/2019).
Menurutnya, integrator berkaitan langsung dengan industri dan peternak telur. Mereka juga dinilai sangat paham berapa telur yang akan digunakan untuk tepung maupun untuk konsumsi.
Pemerintah pun akan mendukung dari segi regulasi dan fasilitas seperti pengurusan tanah. Pemerintah pusat akan melobi pemerintah daerah untuk memberikan tanah guna membangun industri ini.