Bisnis.com, JAKARTA — Pembentukan industri pengolahan telur dianggap penting untuk menjaga stabilitas harga yang kerap anjlok dan sulit terselesaikan.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) Petelur Nasional Yudianto Yogiarso mengatakan anjloknya harga telur tak lepas dari pengaruh telur breeding (tetas) yang bocor ke pasar telur konsumsi. Padahal, aturannya telur tersebut untuk penyediaan bibit.
"Telur breeding keluar menambah kuantitas telur di pasaran," ujarnya, Kamis (17/10/2019).
Dia menuturkan masuknya telur breeding ini bermula ketika pada H-7 dan H+7 lebaran, industri ayam tidak menetaskan bibit ayam potong usia sehari (day old chick/DOC). Tindakan ini merupakan dampak liburnya karyawan di peternakan pada waktu tersebut.
Akibatnya, telur breeding ini terlebih dahulu masuk ke pasar dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga telur peternak. "Bahkan, ada pernyataan kenapa telur breeding dijual lebih murah, karena ini ilegal. Kalau legal harganya sama," tuturnya.
Harga telur hari ini di Jawa Tengah dan Jawa Timur saja, kata Yudianto, masih di bawah rata-rata, yakni Rp16.000-Rp16.500 per kilogram dari seharusnya Rp19.000-Rp20.000 per kilogram. Harga tersebut tak menutupi biaya produksi peternak yang menghabiskan biaya pakan hingga Rp18.000 per kilogram.
Hal tersebut diperparah dengan risiko dari telur yang rentan terkena bakteri ataupun susut. Untuk itu, dia meminta keadilan agar tidak ada lagi telur breeding masuk ke pasar.
"Kami sudah jenuh sekali dengan kondisi turunnya harga telur juga permasalahan keluarnya telur HE [hatched eggs/siap tetas] ini," sebut Yudianto.
Dia pun sepakat industri pengolahan telur seperti tepung telur diperlukan untuk menyerap kelebihan produksi guna menjaga stabilitas harga. Kendati demikian, tujuan perintisan industri tepung telur ini hanya sebagai penyangga, bukan langsung dalam skala besar.
"Kalau industri terlalu cepat, akhirnya timbulkan persaingan. Tujuan utama kami sebagai penyangga saja. Skala industrinya disesuaikan. Artinya, kelebihannya [produksi] masuk ke pengolahan tadi," jelas Yudianto.
Selain itu, perlu adanya pembinaan bagi para peternak layer khususnya menjaga kualitas telur untuk kebutuhan industri tepung telur nantinya. Peternak perlu diberi waktu untuk melakukan pembenahan terhadap kandang.
Ke depan, pendataan peternak juga perlu dibenahi. "Pemerintah selalu mengatakan perlu data konkret, tepat, tapi untuk mewujudkan data yang konkret belum," pungkasnya.