Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Manufaktur Senilai Rp50 Triliun, BKPM Prioritaskan Pelaku Domestik

Tren kenaikan investasi di bidang manufaktur ditunjukkan di sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya, yang sejak 2019 hingga tahun lalu terus naik peringkatnya.
Pekerja mengecek lembaran baja di pabrik Sunrise Steel, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/2).ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Pekerja mengecek lembaran baja di pabrik Sunrise Steel, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/2).ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA - Belum lama ini pemerintah melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan 47 proyek strategis senilai total Rp155,12 triliun yang sedang dalam tahap feasibility study. Dari angka tersebut, yang tertinggi adalah di sektor industri yang terintegrasi kawasan, senilai Rp51,92 triliun.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan mengatakan untuk menunjang program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dengan perangkat tingkat komponen dalam negeri (TKDN), peluang investasi tersebut hendaknya diisi oleh pelaku usaha domestik.

Namun, bukan berarti investasi asing tak diharapkan. Hanya saja, dari hitung-hitungan efek penggandanya terhadap produk domestik bruto (PDB), penanaman modal dalam negeri (PMDN) dinilai lebih menguntungkan.

"Ketika investasi dimiliki penanam modal dalam negeri, devidennya tidak akan lari kemana-mana, kegiatan ekspornya akan meningkatkan devisa, substitusi impor, dan tidak ada remitansi. Hal seperti ini seharusnya ada kolaborasi yang bisa memberikan kesempatan kepada pelaku usaha dalam negeri," kata Nurul dalam webinar online, Senin (28/3/2022).

Selain manufaktur, sektor lain yang termasuk dalam 47 proyek tersebut antara lain pariwisata senilai Rp5,78 triliun, pengembangan kawasan senilai Rp48,25 triliun, dan infrastruktur penunjang kawasan senilai Rp49,17 triliun.

Adapun, tren kenaikan investasi di bidang manufaktur ditunjukkan di sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya, yang sejak 2019 hingga tahun lalu terus naik peringkatnya.

Pada 2019 sektor tersebut menduduki peringkat empat dengan total nilai investasi Rp61,6 triliun, menjadi posisi tiga pada 2020 senilai Rp94,8 triliun, dan memuncaki klasemen tahun lalu senilai Rp117,5 triliun.

Nurul mengatakan tren kenaikan tersebut juga mewakili upaya penghiliran sumber daya mineral yang dilakukan pemerintah selama ini.

"Ini menunjukkan upaya menghilirkan, upaya kita menyediakan komoditas bahan baku, ternyata bisa dilakukan dengan baik. Artinya respons pelaku usaha baik PMA [penanaman modal asing] maupun PMDN terhadap strategi penghiliran disambut dengan baik," katanya.

Bimakarsa Wijaya, Direktur Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menambahkan masuknya investasi baru di industri baja dapat dilakukan pada ranting-ranting pohon industri yang masih kosong. Di sektor hulu, yang masih belum digeluti antara lain iron ore concentrate, iron sand concentrate, chrom sand concentrate, pellet, hot bricket iron, dan Fe-chrom.

Sedangkan di industri hilir antara lain round billet, stainless steel rod/bar, dan stainless steel rod/ shaft bar.

"Keyakinan kami dalam waktu dekat kemungkinan akan eksis jika di sektor hilir demand-nya cukup besar," kata Bimakarsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper