Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mulai menyusun skenario dalam mengantisipasi kepadatan lalu lintas masyarakat menjelang mudik lebaran 2022.
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi memperkirakan bahwa puncak arus mudik terjadi pada 28 April 2022 dan potensi perjalanan meningkat di tanggal 30 April. Sementara puncak arus balik, dia memprediksikan terjadi pada 8 Mei 2022.
Budi memaparkan dalam rapat evaluasi pada Sabtu (26/3) terdapat pembahasan mengenai penumpukan masyarakat di bahu jalan. Menurutnya ada 2 opsi untuk mencegah penumpukan tersebut yaitu pembatasan waktu bagi kendaraan yang berhenti di rest area atau pemanfaatan rest area perkotaan.
“Rest area perkotaan yaitu dengan menuju exit tol dan keluar ke kota terdekat. Setelah istirahat, atau membeli oleh-oleh dan makanan, masyarakat bisa masuk kembali ke tol," kata Budi melalui keterangan resmi, Minggu (27/3/2022).
Budi mengatakan masyarakat dapat diarahkan untuk keluar ke kota terdekat sehingga dapat menggerakkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Menurutnya, ini adalah strategi yang tidak hanya berpedoman pada keselamatan, tapi juga meningkatkan pendapatan UMKM.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi sebanyak 21,3 juta pemudik bakal bergerak menuju Jawa Tengah pada periode libur lebaran 2022.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi menyatakan bahwa saat ini diprediksi daerah tujuan terbanyak mudik adalah ke Jawa Tengah yaitu sebesar 26,8 persen atau 21,3 juta orang.
“Dari hasil penelitian Badan Litbang Perhubungan, daerah tujuan terbesar yaitu ke Jawa Tengah sebesar 26,8 perden atau 21,3 juta orang yang akan datang dari berbagai provinsi terutama dari Jawa Timur dan Jabodetabek,” ujarnya.
Dari hasil penelitian tersebut juga diperoleh data selain ke Jawa Tengah, potensi pergerakan masyarakat terbesar selanjutnya yaitu ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Survei potensi pergerakan masyarakat selama Angkutan Lebaran 2022 ini dilakukan pada 9-21 Maret setelah syarat perjalanan dengan test antigen/ PCR dihapuskan.
Selain itu, setelah dihapusnya test antigen/PCR, potensi penggunaan moda sedikit bergeser meskipun penggunaan angkutan pribadi tetap yang terbanyak, pemilihan penggunaan pesawat menjadi lebih banyak dibandingkan menggunakan kereta api dibandingkan hasil pada survei sebelumnya.
Pengguna mobil pribadi (26 persen atau 21 juta ) dan sepeda motor (18 persen atau 14 juta) mendominasi mayoritas jenis moda pilihan masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik. Selanjutnya disusul oleh bus (16 persen atau 12 juta) dan pesawat (12 persen atau 9 juta).