Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah utilitas kapasitas produksi industri baja nasional yang stagnan karena derasnya produk impor, Indonesia ternyata menjadi eksportir produk baja setengah jadi terbesar ke China pada tahun lalu.
Institut Besi dan Baja Asia Tenggara (SEAISI) mencatat Indonesia mengapalkan 3 juta ton baja setengah jadi ke Negeri Panda pada 2021. Tonase itu menyumbang 22 persen dari total impor baja setengah jadi China sepanjang 2021 dan menjadikan Indonesia pemasok terbesar barang-barang ini. Proporsi Indonesia meningkat signifikan dari hanya 10 persen pada 2020.
"Ekspor produk setengah jadi Indonesia ke China sebagian besar adalah slab, dan slab stainless dengan beberapa slab karbon," kata seorang pejabat SEAISI, dilansir Minggu (27/3/2022).
Adapun, barang-barang tersebut sebagian besar dipasok oleh PT Dexin Steel Indonesia. Dexin Steel merupakan produsen baja yang diinvestasikan oleh China di Morowali Industrial Park, Sulawesi Tengah.
Perusahaan ini merupakan patungan antara Delong Holding Limited (Delong Holding), konglomerat baja yang berkantor pusat di Beijing China Utara, dan Tsingshan Group, produsen baja stainless dan baja karbon utama dengan pabrik baja di China dan Indonesia.
Statistik Bea Cukai China juga mencatat di antara total 3 juta ton yang berlayar dari Indonesia tahun lalu, sekitar 97.000 ton adalah lempengan tahan karat, 1,2 juta dalam bentuk semi tahan karat lainnya, sekitar 422.400 ton berupa lempengan karbon dan 1,3 juta ton karbon billet.
Baca Juga
Sementara itu, impor produk baja setengah jadi China, termasuk baja karbon dan baja paduan mengalami penurunan sebesar 25 persen tahun lalu dari rekor tertinggi 2020 yang mencapai 13,7 juta ton.
Angka 2021 masih merupakan rekor tertinggi kedua setelah 2020 yang mencerminkan upaya pemerintah menekan produksi besi dan baja dari pabrikan dalam negeri untuk memenuhi target iklim Presiden Xi Jinping.
Efektif mulai 1 Mei 2021, Komisi Tarif Bea Cukai China menghapus semua tarif impor produk baja setengah jadi seperti billet, slab, dan bloom yang sebelumnya mencapai 2 persen untuk negara-negara non-ASEAN. Langkah itu menyebabkan impor baja setengah jadi meroket melewati 1 juta ton pada bulan itu.