Bisnis.com, JAKARTA – PT Global Jet Express atau yang dikenal dengan J&T Express memproyeksikan adanya peningkatan volume pengiriman pada momen jelang idulfitri 2022, tak jauh berbeda dibandingkan dengan pada 2021 lalu.
CEO J&T Express Robin Lo menuturkan proyeksi volume pengiriman paket pada Ramadan 2022 tidak akan jauh berbeda dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kebijakan pemerintah yang telah memperbolehkan masyarakat untuk mudik dengan syarat tertentu pada tahun ini dibandingkan dengan kebijakan larangan mudik pada 2021 tidak akan mengubah pola dan volume pengiriman barang.
“Tetap perkembangan [Volumenya] sama. Biasanya proyeksi dibandingkan dengan pada tahun lalu bisa meningkat Ramadan ke Ramadan itu 67 persen sampai 70 persen. Jadi [tahun ini] akan sama saja. Nggak ada hubungan PPKM atau Pelonggaran,” ujarnya, Jumat (25/3/2022).
Robin memaparkan selama dua tahun dilanda pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia sudah terbiasa untuk berbelanja secara daring dibandingkan membeli barang di toko secara offline atau luring.
“Untuk spesifik jenis barang yang dikirimkan kami nggak terlalu detail. Namun, setahu kami ketika mulai pandemi sangat terjadi pergeseran dari yang sebelumnya produk fashion menjadi barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan,” ujarnya, Jumat (25/3/2022).
Baca Juga
Bulan Ramadan memang merupakan momen peak season atau puncak transaksi jual beli baik secara offline dan online setiap tahunnya kendati masih dalam kondisi pandemi. Pada periode Ramadan lalu, Robin menyebut volume pengiriman bisa mencapai 5 juta paket per hari. Besaran volume tersebut menunjukkan adanya kenaikan lonjakan pengiriman sebesar 60 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
J&T Express telah mengantisipasi adanya lonjakan pengiriman dengan berbagai persiapan beberapa bulan sebelumnya. Terlebih pada periode tersebut Service Level Agreement/SLA kepada pelanggan juga harus ditingkatkan.
Hal itu dilakukan dengan penambahan sumber daya manusia, jumlah kendaraan, dan peralatan. Tak hanya itu, lanjut Robin, penggunaan mesin sortir otomatis, fasilitas regulated agent dan air freighter juga dimaksimalkan. Kemudian juga ditambah denganerluasan dan penambahan kapasitas gudang sortir di beberapa area juga dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Lebih jauh, Robin sebelumnya juga nenuturkan bahwa pertumbuhan volume pengiriman barang selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 2021 lalu nenag tak akan semasif dibandingkan dengan pada periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 2020.
Robin Lo mengatakan selama PPKM berlangsung tentu terjadi peningkatan permintaan pengiriman. Namun realisasinya tak akan sebesar tahun lalu saat PSBB yang mampu tumbuh sebesar 30 persen -- 40 persen dibandingkan periode pengiriman pada rata-rata hari normal. Atau mirip dengan rata-rata pertumbuhan pada periode peak yang mencapai 3 juta paket per hari.
Kondisi tersebut, kata dia, disebabkan oleh sejumlah faktor yang utamanya mengarah kepada penurunan daya beli masyarakat.
"Kalau pada PSBB tumbuhnya 30 persen sampai 40 persen. Selama PPKM 2021 mungkin cuma 20 persen saja. Karena pandemi berjalan cukup lama. Kondisi di Indonesia juga mengkhawatirkan banyak bisnis tradisional dan mall yang sempat nggak buka. Banyak karyawan nggak dapat gaji full berimbas kurangi tingkat konsumsi," jelasnya.