Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5,4 Persen, Ini Alasannya

IMF, dalam laporannya, Rabu (23/3/2022), menilai pandemi telah menyebabkan dampak berkelanjutan (scarring effect) bagi ekonomi Indonesia.
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022.

Lembaga tersebut memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan mencapai 5,4 persen (year-on-year/yoy). Ini merupakan pemangkasan kedua kali, Januari lalu, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,6% yoy, atau lebih rendah 0,3% poin dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 5,9 persen yoy.

IMF, dalam laporannya, Rabu (23/3/2022), menilai pandemi telah menyebabkan dampak berkelanjutan (scarring effect) bagi ekonomi Indonesia. Hal ini membuat IMF menilai Indonesia harus memperkuat kebutuhan untuk mengatasi tantangan yang sudah berlangsung lama, termasuk penerimaan pendapatan yang rendah dan pasar keuangan yang dangkal.

"Ketika pemulihan berlangsung, Direksi [IMF] menganggap bahwa akan tepat untuk secara bertahap menghapus dukungan kebijakan luar biasa yang digunakan selama pandemi dan mendorong pihak berwenang untuk terus maju dengan reformasi struktural," papar mereka dalam laporan Article IV Consultation with Indonesia yang dirilis, Rabu (23/3/2022).

IMF juga mencatat bahwa upaya mengembalikan pagu defisit ke 3 persen pada 2023 akan meningkatkan kredibilitas dan keberlanjutan kerangka fiskal.

Direksi IMF juga mendukung rencana pihak berwenang untuk mengembangkan strategi pendapatan jangka menengah untuk membiayai pengeluaran prioritas tinggi yang penting untuk mencapai tujuan pembangunan Indonesia.

"Penghematan dari reformasi subsidi energi juga dapat digunakan untuk memperkuat jaring pengaman sosial," tulis IMF.

IMF mendorong pemerintah dan otoritas moneter di Tanah Air untuk mengakhiri pembelian SBN di pasar primer atau SKB III dan membiarkan suku bunga kebijakan memberikan sinyal yang lebih jelas tentang sikap moneter. Sementara itu, IMF juga menyoroti peran fleksibilitas nilai tukar dalam menyerap guncangan.

Lebih lanjut, lembaga moneter internasional ini juga mendukung langkah reformasi energi pemerintah, termasuk subsidi energi, langkah-langkah penetapan harga karbon dan sistem perdagangan emisi, dan mendorong pengembangan pasar keuangan hijau.

Di dalam laporannya, IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI akan mencapai 6 persen pada 2023. Proyeksi ini tidak berubah dari rilis IMF di awal tahun 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper