Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Semen Menanti Perpajangan Harga Batu Bara Murah

Industri semen berharap kebijakan harga batu bara murah bisa berlanjut kendati pemerintah masih dalam tahap mengkaji dan evaluasi.
Pekerja memindahkan semen ke atas kapal di Pelabuhan Makassar, Sulsel, Senin (16/5). /BISNIS.COM
Pekerja memindahkan semen ke atas kapal di Pelabuhan Makassar, Sulsel, Senin (16/5). /BISNIS.COM

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang berakhirnya masa pemberlakuan harga khusus batu bara dalam skema domestic market obligation (DMO) sebesar US$90 per metrik ton, industri semen menantikan perpanjangannya.

Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No.206/2021 tentang harga jual batu bara untuk pemenuhan bahan baku industri semen dan pupuk, berlaku sejak 1 November 2021, dan akan berakhir pada 31 Maret 2022.

Sementara harga khusus dalam skema DMO akan berakhir, pemerataannya di lapangan belum tercipta. Terbukti dengan sejumlah pabrikan semen yang belum menerima harga batu bara US$90 per metrik ton dari pemasoknya.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif masih mengkaji perpanjangan kebijakan tersebut, setelah sebelumnya menerima usulan dari Kementerian Perindustrian.

"[Perpanjangan] harga khusus batu bara untuk industri pupuk dan semen, sedang dikaji oleh pemerintah," kata Irwandy kepada Bisnis.com, baru-baru ini.

Mengenai pemerataan harga khusus tersebut, Plt. Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatous Warsito menjanjikan akan meninjau langsung ke lapangan untuk mengevaluasi penerapan skema tersebut.

"Kami akan tagih kembali bagaimana evaluasi untuk memberikan support kepada industri-industri yang masih menggunakan energi batu bara," kata Warsito.

Salah satu produsen semen yang belum mendapat harga khusus yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP). Direktur dan Corporate Secretary Indocement Tunggal Prakarsa Oey Marcos mengatakan belum menerima alokasi harga khusus karena pemasok batu bara yang dijajaki perseroan mengaku telah memenuhi DMO sebesar 25 persen.

Oey menuntut transparansi pemenuhan DMO oleh pemasok batu bara ke pemerintah, sehingga harga murah dapat dinikmati secara merata oleh seluruh pabrikan semen.

"Bagi kami yang terpenting adalah transparansi alokasinya, dimana jangan sampai penerapan alokasi DMO batubara ini hanya dinikmati oleh pelaku-pelaku semen tertentu saja. Harus ada keadilan untuk semua pemain semen," katanya.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, selain Indocement, yang juga belum mendapat harga khusus antara lain Cemindo Gemilang, Sinar Tambang Artha Lestari, Semen Imasco Asiatic, Semen Jawa, dan Juishin. Adapun, yang sudah mendapatkan harga khusus di antaranya Semen Padang, Semen Tonasa, Solusi Bangun Indonesia, Semen Gresik, dan Semen Bosowa.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR) Doddy Irawan berharap pemberlakuan harga khusus diperpanjang sampai akhir tahun ini. Hal itu mengingat situasi ekonomi dan perdagangan dunia yang masih tidak menentu.

"Industri semen juga masih over supply. Kami berharap [harga] DMO dapat diperpanjang paling tidak hingga akhir 2022 sambil melihat perkembangan kondisi perekonomian ke depan," katanya.

KINERJA EKSPOR SURUT

Belum meratanya harga khusus batu bara di industri semen turut menyebabkan kinerja ekspor yang turun 35 persen pada Februari 2022. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan harga khusus US$90 per metrik ton sebenarnya masih 50 persen lebih tinggi dibandingkan angka awal 2021.

ASI mencatat penjualan ekspor sampai dengan Februari 2022 sebesar 1,33 juta ton, terkoreksi 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Selain harga yang belum membaik, persediaan batu bara di pabrikan juga masih terbatas, belum banyak berubah dari kondisi akhir tahun lalu. Pabrikan khawatir jika ekspor digenjot, maka pasokan ke dalam negeri akan terganggu. Karenanya penggunaan batu bara difokuskan untuk produksi dalam negeri.

Dia melanjutkan kontinuitas suplai batu bara ke pabrikan semen menjadi penting untuk menggenjot kinerja ekspor. Adapun, kinerja ekspor di industri semen diperlukan dalam rangka meningkatkan utilitas kapasitas produksi yang mengalami oversuplai sekitar 38 juta ton per tahun.

Sementara itu, konsumsi semen dalam negeri sampai dengan Februari 2022 mengalami kenaikan 10,4 persen secara year-on-year (YoY) menjadi 10,54 juta ton.

Kenaikan terbesar terjadi di Kalimantan sebesar 21,2 persen dengan volume 691.823 ton. Adapun konsumsi semen di Sumatera naik 10,2 persen menjadi 2,36 juta ton, dan di Jawa naik 7,3 persen menjadi 5,52 juta ton.

Kenaikan konsumsi juga terjadi di Sulawesi sebesar 10 persen menjadi 1,09 juta ton, di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 10,9 persen menjadi 514.319 ton. Adapun, di Maluku dan Papua, kenaikan konsumsi tercatat 16,9 persen menjadi 363.893 ton.

Dengan demikian, total penjualan semen domestik dan ekspor hingga Februari 2022 tercatat sebesar 11,87 juta ton.

"Konsumsi dalam negeri cukup menjanjikan, lain dengan penjualan ekspor yang menurun drastis," imbuh Widodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper