Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah negara-negara Uni Eropa tengah mempertimbangkan keputusan untuk mengembargo minyak Rusia, setelah Rusia meningkatkan serangan ke Ukraina melalui peluncuran rudal aeroballistik hipersonik.
Keputusan ini akan dilaksanakan pekan ini pada pertemuan tingkat tinggi untuk memperkuat tanggapan negara-negara Barat terhadap Rusia. Pertemuan tersebut juga akan dihadiri Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Saat ini, NATO dan Uni Eropa telah mendesak Rusia untuk menarik mundur pasukannya dari Ukraina, memberlakukan sanksi hukum bagi Rusia, serta membekukan aset-aset bank sentral Rusia.
Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari. Putin menyebut tindakan Rusia sebagai “operasi militer khusus” yang dimaksudkan untuk mendemiliterisasi Ukraina dan membersihkannya dari apa yang dilihatnya sebagai nasionalis berbahaya. Ukraina dan Barat mengatakan Putin melancarkan perang pilihan yang agresif.
“Kami sedang mengerjakan sanksi putaran kelima dan banyak nama baru yang tengah diusulkan,” ujar seorang diplomat senior Uni Eropa, yang tidak bersedia disebut namanya – karena diskusi tersebut tidak ditujukan untuk umum, dikutip dari DW, Senin (21/03/2022).
Meski Negeri Beruang Merah telah dijatuhi empat jenis sanksi, Rusia belum menghentikan agresinya terhadap Negeri asal Hurrem Sultan tersebut. Hal ini mendorong negara-negara Uni Eropa untuk merumuskan larangan ekspor migas dari Rusia, seperti yang sebelumnya dilakukan Amerika Serikat dan Inggris
Baca Juga
Moskow telah memperingatkan bahwa sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia dapat mendorongnya untuk menutup pipa gas utama ke Eropa. Uni Eropa bergantung pada Rusia untuk 40 persen gasnya, dengan Jerman di antara yang paling bergantung dari ekonomi besar Uni Eropa.
Para diplomat Uni Eropa menyatakan negara-negara Baltik mendukung tindakan AS tersebut, Sementara itu, Jerman mengingatkan pemimpin Uni Eropa lainnya untuk tidak bertindak gegabah, mengingat harga energi Eropa sudah melambung tinggi.
Jerman adalah pembeli terbesar minyak mentah Rusia di Uni Eropa. Bulgaria, hampir sepenuhnya bergantung pada pasokan gas dari Gazprom Rusia, mengatakan mungkin akan mencari pilihan keluar. Kilang minyak tunggal Bulgaria dimiliki oleh LUKOIL Rusia dan menyediakan lebih dari 60 persen bahan bakar yang digunakan di negara Balkan.
Semua keputusan sanksi Uni Eropa membutuhkan konsensus. Prancis, yang mengepalai enam bulan kepresidenan Uni Eropa, kemungkinan akan terbukti penting.
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengatakan bahwa jika situasi memburuk di Ukraina - di mana ribuan orang telah tewas, lebih dari 5 juta orang telah mengungsi dan beberapa kota dihancurkan oleh penembakan - seharusnya tidak ada "tabu" dalam hal sanksi.
"Sanksi ini dimaksudkan untuk memaksa Presiden Putin membuat perhitungan baru," kata seorang pejabat kepresidenan Prancis. Di antara mitra kami dan di antara negara-negara yang berdagang dengan Rusia, ada beberapa yang lebih sensitif pada masalah minyak dan gas. Padahal, presiden (telah) mengatakan, tidak ada pantangan,” kata Macron.
Para diplomat mengatakan serangan senjata kimia Rusia di Ukraina, atau pemboman besar-besaran di Ukraina, bisa menjadi pemicu diputuskannya embargo energi bagi Rusia.