Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran akan meletusnya Perang Dunia III setelah Rusia menginvasi Ukraina masih terus berlangsung. Pasokan energi dari Rusia menjadi terganggu. Akibatnya, harga minyak kembali melonjak pada hari Jumat (18/03/2022).
Sebelumnya, harga minyak jenis Brent turun di bawah US$ 94/barel di awal pekan ini. Akan tetapi, sekarang naik 9 persen ke level US$ 107 per barel. Sementara West Texas naik 8 persen ke US$ 102,65 per barel.
Badan Energi Internasional telah memperingatkan produksi minyak Rusia, yang merupakan salah satu eksportir migas terbesar di dunia dapat berhenti 30 persen dalam beberapa minggu. Dunia diyakini akan berpotensi dilanda krisis pasokan energi.
Robert Yawger, Wakil Presiden energi berjangka di Mizuho Securities menyatakan kekhawatiran akan krisis energi.
"Suasana telah sedikit gelap. Sepertinya ini akan menjadi situasi yang berlarut-larut," kata Yawger, dilansir dari CNN Business, Jumat, (18/03/2022).
Hal sama juga dikatakan analis minyak AS di Kpler, Matt Smith. Semakin lama perang, ia berujar semakin besar encaman terhadap alisan minyak Rusia.
"Mengingat tindakan Putin belakangan ini, kita seharusnya tidak terlalu berharap," tegas Smith.
Untuk mengantisipasi krisis energi, sejumlah negara berusaha mencari jalan keluar, termasuk Uni Emirat Arab (UAE). UAE berencana untuk menggenjot produksi minyaknya setelah kunjungan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Perdana Menteri Inggris itu menekan UEA dan Arab Saudi yang merupakan anggota negara produsen minyak (OPEC) untuk memacu produksinya.
“Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina menyebabkan ketidakpastian dan lonjakan harga minyak. Semua orang dapat melihat dampaknya pada kenaikan harga bensin yang segera datang. Putin dapat memeras Barat dengan menahan perekonomian Barat sebagai tebusan. Untuk itu, kami memerlukan kemandirian [energi]," papar Johnson, dilansir dari Channel News Asia, Kamis (16/03/2022).
Baca Juga