Bisnis.com, JAKARTA — Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri mengatakan tingginya harga daging kerbau beku impor penugasan dari Perum Bulog disebabkan karena rantai distribusi yang panjang.
Konsekuensinya, harga eceran tertinggi atau HET daging kerbau beku itu beberapa kali mengalami kenaikan harga sebelum sampai di tangan pedagang.
“Memang teman-teman ini harga belinya sudah di atas Rp80.000 dapatnya di sini karena tidak langsung mengambil dari Bulog, jadi Bulog pasok ke perusahaan tertentu lalu dibeli anggota kami,” kata Suhandri melalui sambungan telepon, Rabu (16/3/2022).
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga daging kerbau beku itu sudah menyentuh di angka Rp100.900 per kilogram atau naik 26,12 persen dari harga eceran tertinggi atau HET sebesar Rp80.000.
“Jadi ada alur distribusi yang panjang di situ, rantai distribusi ini yang perlu dirunut di mana yang terjadi kenaikan harga, kalau anggota Aspidi belinya sudah Rp80.000 tidak mungkin mereka jual di bawah itu,” kata dia.
Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI) Asnawi meminta pemerintah untuk meninjau ulang HET daging kerbau beku impor yang dilakukan Perum Bulog.
Asnawi beralasan harga keekonomian daging kerbau beku dari sisi hulu sudah mengalami kenaikan signifikan selama enam tahun terakhir. Saat ini, Asnawi mengatakan, pedagang mesti membeli daging kerbau impor itu seharga Rp93.000 per kilogram dari distributor. Sementara, distributor membeli daging kerbau impor dari Bulog di angka Rp81.000 per kilogram.
“Harga acuan yang ditetapkan oleh presiden berdasarkan PP 4 Tahun 2016 itu sudah tidak ada lagi, tujuannya saat itu kan untuk industri lalu ketersediaan pangan dan stabilisasi harga sekarang sudah tidak ada lagi marwah itu,” kata Asnawi melalui sambungan telepon, Rabu (16/3/2022).