Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengatakan produksi cabai petani merosot 30 persen akibat cuaca buruk di sejumlah sentra produksi pada masa panen bulan ini. Konsekuensinya, harga cabai di pasar tradisional dan ritel modern belakangan ikut terkerek naik akibat terbatasnya pasokan.
“Banyak tanaman mereka rusak itu yang menyebabkan produktivitas kemarin turun itu bisa sampai 30 persen kalau hujan-hujan begini terus-terusan petani enggak panen-panen cabainya rusak,” kata Abdul melalui sambungan telepon, Jumat (11/3/2022).
Belakangan, kata Abdul, petani memilih untuk menunda memetik cabai mereka di tengah musim panen yang diguyur hujan ini. Hanya saja, manuver itu justru membuat tanaman cabai mereka rusak alias busuk.
Kendati demikian, dia memproyeksikan musim hujan akan berakhir pada akhir Maret ini. Dia berharap produksi cabai akan berangsur pulih setelah musim hujan selesai. Hanya saja, harga cabai diprediksi anjlok saat pasokan dari petani mengguyur pasar saat lebaran nanti.
AACI memperkirakan sentra produksi Kediri, Blitar, Tuban, Banyuwangi, Situbondo, dan Lamongan akan memasuki masa panen pada April nanti. Sentra produksi Malang akan mulai panen pada Mei sedangkan Malang dan Jember baru akan mulai panen pada Mei dan Juni.
“Kalau saya melihatnya musim hujan ini sampai akhir Maret yang saya khawatirkan begitu masuk Ramadan harga-harga jadi murah,” kata dia.
Berdasarkan data Kemendag per Kamis (10/3/2022), harga cabai merah keriting hingga pekan ini sudah menembus angka Rp37.000 per kilogram atau naik 13,85 persen secara bulanan, cabai merah besar naik 37,18 persen menjadi Rp48.700 per kilogram dan cabai rawit merah naik 36,27 persen menjadi Rp69.500 per kilogram.
Sementara itu rata-rata pasokan indikatif sepekan terakhir di 20 pasar induk pantauan Kemendag mencapai 353,97 ton per hari atau 8,30 persen di bawah pasokan normal 363 ton. Sementara itu, pasokan di Pasar Induk Kramat Jati mencapai 82 ton per hari atau 33,83 persen di bawah pasokan normal 125 ton.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kemendag tengah mengantisipasi reli kenaikan sebagian besar barang kebutuhan pokok atau Bapok menjelang lebaran nanti. Adapun reli kenaikan harga Bapok itu dipicu anjloknya produksi dalam negeri hingga fluktuasi harga bahan baku pangan yang masih tergantung impor.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan menuturkan dirinya mengkhawatirkan kenaikan harga bawang merah dan cabai yang belakangan naik signifikan akibat anjloknya produksi dua komoditas itu di sejumlah sentra produksi.
Malahan, Oke menuturkan, dirinya sudah bersurat ke Kementerian Pertanian untuk meminta izin impor di tengah potensi gejolak harga bawang merah saat lebaran nanti.