Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Perang Rusia Ukraina, Cadangan Devisa RI Bisa Meningkat hingga US$150 Miliar

Posisi cadangan devisa Indonesia dapat meningkat pada kisaran US$147 miliar hingga US$150 miliar pada akhir tahun ini, didukung oleh neraca pembayaran yang diperkirakan mencatat surplus meski tidak setinggi pada 2021.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa pada Februari 2022 meningkat tipis menjadi US$141,4 miliar, dari bulan sebelumnya US$141,3 miliar.

Peningkatan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan meningkatnya penerimaan negara tersebut turut didorong oleh pencabutan larangan ekspor batu bara dan kenaikan harga komoditas.

Dia memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia dapat meningkat pada kisaran US$147 miliar hingga US$150 miliar pada akhir tahun ini, didukung oleh neraca pembayaran yang diperkirakan mencatat surplus meski tidak setinggi pada 2021.

“Perkiraan kami cadangan devisa dapat mencapai US$147 miliar hingga US$150 miliar pada akhir tahun 2022,” katanya, Selasa (8/3/2022).

Dia menjelaskan, surplus neraca barang pada neraca transaksi berjalan akan menyusut karena kinerja impor yang menyusul ekspor, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik meski ada tekanan sementara dari varian Omicron.

Namun demikian, meningkatnya konflik antara Rusia dan Ukraina telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas, khususnya di sektor energi. Hal ini menurutnya dapat mendukung ekspor dan mempertahankan surplus sampai batas tertentu.

“Dengan demikian, ada kemungkinan neraca transaksi berjalan pada 2022 mencatat defisit yang lebih sempit dari perkiraan kami sebesar -2,15 persen dari PDB,” jelasnya.

Di sisi lain, neraca finansial pada 2022 akan menghadapi beberapa risiko penurunan sehingga membatasi potensi aliran modal asing.

Risiko gangguan rantai pasok yang tengah berlangsung dan meningkatnya tekanan inflasi di tengah perang Rusia dan Ukraina berpotensi mempercepat normalisasi moneter global yang diantisipasi.

“Hal ini memang dapat memicu sentimen flight to quality atau risk-off di pasar keuangan Indonesia. Ketidakpastian seputar pandemi Covid-19 tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai,” kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper