Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 diproyeksikan masih dalam kisaran 4-5 persen lantaran varian Omicron masih merajalela di Tanah Air.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyampaikan meskipun ada pengetatan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari pemerintah, pengetatan tersebut tidak sampai terdampak lebih dalam dibandingkan pada saat pemerintah melakukan PPKM darurat saat varian Delta dominan di Indonesia.
Di lain sisi, pemerintah terus mendorong percepatan vaksinasi dan vaksin booster sehingga Josua berharap ini menjadi kebijakan. Ia mengemukakan di satu sisi protokol kesehatannya diperkuat dan di sisi lainnya aktivitas ekonominya tidak terdampak sangat signifikan, seperti yang dialami Indonesia di kuartal III/2021 dan saat menghadapi varian delta.
Melihat kinerja dari sisi konsumsi dan investasi, serta kinerja ekspor dimana harga komoditas di Indonesia seperti CPO dan batu bara meningkat akibat perang Rusia Ukraina, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2022 diprediksi berada pada kisaran 4-5 persen.
Lebih lanjut, Josua mengatakan rentang tersebut masih cukup lebar lantaran harus melihat bagaimana dampak dari sisi konflik Rusia-Ukraina ini. Menurutnya, jika ada skenario terjadi resolusi diplomatis antara Rusia dan Ukraina, tentunya ini bisa membatasi risiko perlambatan.
Di sisi lain, apabila terjadi kenaikan harga BBM, ini juga bisa berdampak pada perlambatan ekonomi.
"Sehingga sejauh ini kami masih memproyeksikan bahwa pertumbuhan di kuartal I/2022 masih dalam kisaran 4-5 persen," katanya, dalam Talks Podcast Series di kanal YouTube Bisniscom, dikutip Selasa (8/3/2022).