Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel dunia mengalami lompatan terbesar dalam sejarah hingga menyentuh US$48.211 per dry metrik ton (dmt) untuk kontrak Maret pada Senin (7/3/2022).
Bursa London Metal Exchange mencatat harga nikel mengalami peningkatan tajam dengan penguatan 18.717 poin dari perdagangan akhir pekan sebelumnya menjadi US$48.211 per dmt.
Penguatan juga terjadi untuk kontrak April menyentuh US$48.131 per dmt. Lonjakan harga juga terjadi untuk kontrak Mei dengan meningkat 65,10 persen atau 18.964 poin dari perdagangan sebelumnya.
Tradingeconomics menyebutkan bahwa lonjakan harga nikel ini setidaknya tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Penguatan harga ini disebabkan oleh adanya sanksi Barat terhadap Rusia, setelah negara itu menginvasi Ukraina.
Langkah politik Presiden Rusia Vladimir Putin itu dinilai dapat memicu kekhawatiran akan pasokan logam. Sanksi yang diberikan kepada Rusia memberikan pukulan telak bagi pasokan nikel dunia. Pasalnya, Rusia menjadi produsen ketiga terbesar di dunia mencapai 250.000 ton pada 2021.
Saat ini, Indonesia masih menjadi produsen terbesar nikel dunia dengan mencapai 1 juta ton pada 2021. Disusul Filipina 370.000 ton, Rusia, Kaledonia Baru 190.000 ton serta Australia 160.000 ton.
Selain itu, penguatan harga komoditas ini juga dipicu oleh meningkatnya permintaan baja tahan karat, industri baterai, serta berkurangnya pasokan di dunia.
“Stok nikel di gudang terdaftar di LME telah turun hampir 70 persen sejak April 2021 tahun lalu menjadi 83.824 ton.” tulis laman tersebut dikutip Selasa (8/3/2022).